Mohon tunggu...
Fauziah Indryani
Fauziah Indryani Mohon Tunggu... Mahasiswa - universitas ahmad dahlan yogyakarta

semua yang di kerjakan di niatkan hanya untuk ibadah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pemandangan Tak Biasa

25 November 2017   18:18 Diperbarui: 25 November 2017   18:46 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tepat pukul 11.30 waktu surabaya. Hujan mengguyur kota surabaya dengan begitu indahnya.  Pemandangan pertama ketika sampai di kota Surabaya yaitu Banjir.

Wajar saja saya melihat banjir di kota besar seperti ini.  Biasa nya pemandangan ini tidak pernah saya lihat sebelum nya.  Satu persatu orang berlari menghindari rintik-rintik hujan,kalo saja hari itu saya tidak bertemu dengan Seseorang yang sangat "sepesial" mungkin saya tidak memperdulikan rintik-rintik cantik itu.  

Berganti detik kemenit, Adzan berkumandang yang menandakan bahwa seluruh umut muslim khususnya laki-laki pada hari itu harus segera ke masjid untuk melakukan sholat jum'ad.  Ini ceritanya saya baru turun dari bus tujuan Malang-Surabaya.  Karena jemputan saya belum datang, saya memutuskan untuk pergi ke mashola yang ada di dekat terminal.  Saru persatu para tamu Allah itu datang.  Mereka tidak sedikit pun memperdulikan Hujan yang terus dengan riang nya datang. Saya melihat ada beberapa orang yang datang ke mushola itu hanya untuk berteduh, tapi ke banyakan datang ke mushola memang untuk melakukan kewajibannya.  Dari wajah-wajah orang itu saya melihat sedikit ke raguan, gelisah dan juga ada yang sedari memperhatikan saya. 

Setelah beberapa menit kemudian akhirnya sholat jum'at pun selesai.  Dan jemputan saya pun belum kunjung datang.  Begitupun hujan masih dengan gembira datang membasahi kota surabaya hari itu.  Ada pemandangan yang tidak biasa saya lihat setelah banjir yaitu anak-anak seumuran adik saya yang lebih tepat nya sekitar usia 12-15 membawa payung-payung untuk Para tamu Allah.  Beberapa dari mereka pun ada juga menjadi tamu Allah tadinya. Masih menggunakan seragam sekolah, ada juga yang melepas sarung nya dan hanya menggunakan celana selutut.  

Hilir mudik mereka mencari orang-orang yang mau menggunakan jasa payung mereka.  Sebagian orang mungkin beranggapan hujan adalah penghalang kegiatan mereka, tapi bagi mereka hujan adalah anugrah buat mereka.  Tidak mereka hiraukan dinginnya udara hari itu.  Tidam mereka hiraukan suara petir yang menemani hujan yang indah itu.  Sungguh luar biasa anak-anak ini.  

" Kringggggggg" hp ku berbunyi dan ternyata jemputan ku telah tiba.  Hari ini saya melihat banyak anak yang rela berkornan untuk masa depannya.  Beta malunya saya yang sangat mudah mendapatkan uang jajan.  Semoga Allah menjadikan mereka anak-anak yang sukses dan tidak pernah putus asa dengan kondisi kehidupan mereka saat ini.  

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun