Mohon tunggu...
Zhuull
Zhuull Mohon Tunggu... Full Time Blogger - admin counter

hobi mengkaji, menulis materi ilmu tasawuf

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bersandarlah pada Allah Jangan pada Amal

21 Mei 2022   20:05 Diperbarui: 21 Mei 2022   20:08 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

begitu banyak orang orang bahkan mungkin termasuk diri kita yang tidak bersandar pada allah tapi justru bersandar pada amal. 

seakan akan kita telah mampu beramal sendiri tanpa kehendak allah, 

seakan amal itu adalah milik kita dan bukan milik allah.

dan seakan akan amal itu mampu mengantarkan kita pada nilai pahala dan pada syurga.

kita telah berbuat dengan sombongnya kepada allah, semua perkara itu adalah kesombongan terhadap allah, tujuan kita juga bukan allah, tetapi adalah pahala dan syurga. oh tuhan betapa butanya kami ini sehingga menganggap syurga dapat di capai dengan pahala. padahal Rasulullah saw. bersabda: 

"Tidaklah seseorangpun masuk surga dengan amalnya." seseorang bertanya:, "Sekalipun engkau wahai Rasulullah?" Beliau bersabda, "Sekalipun saya, hanya saja Allah telah memberikan rahmat kepada saya." (Hadis riwayat Bukhari dan Muslim)

rosul orang yang paling mulia itupun mengaku tidak layak masuk syurga karna pahalanya, tapi kita yang bahkan untuk di bilang salik saja belum tentu bisa ini justru merasa layak.

manusia hanya masuk kesyurga itu jika kita tidak menyandarkan diri pada sesuatu apapun keculi pada allah karna bersandar pada sesuatu selain allah itu masi berupa kesyirikan dan begitupun dengan keinginan selain kepada allah. jika kita masi merasa layak  masuk syurga dengan amal maka itu sama saja dengan kita masi menyembah amal. dan begitu juga jika kita masi ingin syurga maka itu berarti kita masi menyembah syurga, padahal yang layak di sembah itu hanyalah allah.

tidak menyandarkan diri pada amal dan tidak menginginkan syurga bukan berarti kita berhenti beramal, tapi maksudnya adalah tetap terus meramal dan beribadah tapi niat kita melakukanya bukan demi mendapat pahala atau syurga tapi semata mata sebagai pengabdian kepada allah tanpa mengharap imbalan apapun baik kepada mahluk maupun kepada allah.

jadi jangan salah dalam mengartikan kalimat itu, tasawuf memang berbelit belit seperti itu, dan mungkin bagi orang awam itu adalah sesuatu yabg tidak perlu di perhatikan. padahal segala amal ibadah itu tergantung niat.

di dalam tasawuf menginginkan pahala dan syurga itu termasuk perbuatan terlarang (kami tidak menyebutnya sebagai perbuatan dosa, tapi hanya perbuatan terlarang) karna itu masi berupa kesyirikan, yang namanya syirik itu perbuatan berpahala atau berdosa? anda jawab sendiri sendiri aja. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun