Mohon tunggu...
Susanti Susanti
Susanti Susanti Mohon Tunggu... Apoteker - Apoteker Susanti

Mari Berkarya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pengenalan Kembali Tradisi Mandi Shafar di Tanjung Balai Karimun

29 Oktober 2019   20:01 Diperbarui: 30 Oktober 2019   15:21 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
27 Oktober 2019, Pantai Pelawan dihiasi dengan bunga manggar (dok. pribadi)


Pada 27 Oktober 2019, ada acara Mandi Shafar di Pantai Pelawan, yang dilaksanakan dalam rangkaian kegiatan peringatan Hari Ulang Tahun Kabupaten Karimun ke 20. Belum tahu apa itu? Yuk, mari intip melalui artikel ini.

Melalui beberapa studi pustaka di internet, ada sejumlah berita online, dan jurnal ilmiah yang menceritakan pelaksanaan budaya ini di Jambi, Lingga, Kalimantan, dan Sulawesi. Tradisi masing-masing daerah sedikit berbeda baik dalam perlengkapan maupun cara pelaksanaannya.

Adapun poin kesamaan yaitu bahwa Mandi Shafar dilaksanakan pada bulan Shafar dalam kalender Hijriah, dan bertujuan untuk menolak bala. Jadi, semakin penasaran dengan pelaksanaannya di Tanjung Balai Karimun, bukan?

Tanggal 27 Oktober 2019, bertepatan dengan 28 Shafar 1441 Hijriah, pengunjung Pantai Pelawan tidak hanya disambut dengan semenan tulisan Pantai Pelawan, tetapi juga oleh bunga manggar berwarna emas di sepanjang jalan setapak sebelah kanan Pantai Pelawan, dengan spanduk kegiatan Mandi Shafar di atasnya.

Setelah menyusuri jalan setapak tersebut, ada tenda dan panggung acara yang didekorasi dengan warna dominan hijau, kuning, putih, dan merah, yang mencirikan budaya Melayu. Warna ini pun senada dengan warna pondok-pondok di Pantai Pelawan.

Panggung Acara Mandi Shafar (dok. pribadi)
Panggung Acara Mandi Shafar (dok. pribadi)

Kemudian, Pak Bupati Kabupaten Karimun, Dr. H. Aunur Rafiq, M.Si., dan Pak Wakil Bupati Kabupaten Karimun, H. Anwar Hasyim, M.Si. berdatangan sambil dipayungi dengan payung kuning.

Rombongan tiba di lokasi pukul 9 WIB, dengan diiringi alunan alat musik tradisional Melayu, dan disambut oleh atraksi pencak silat. Lalu, para tamu undangan yang mana terdapat tokoh masyarakat, tokoh adat, dan tokoh agama, dipersilahkan duduk pada kursi bersarung putih yang tertata rapi.

Acara pun dimulai dengan pembacaan ayat suci Alquran, dan pembacaan laporan kegiatan. Dalam laporan kegiatan, bapak ketua pelaksana menyebutkan bahwa tradisi Mandi Shafar ini sebagai ajang silaturahmi masyarakat Karimun, sarana introspeksi dan mengharap ridho Allah baik secara lahiriah maupun batiniah, serta menggali, mengembangkan, dan melestarikan kebudayaan Melayu, juga memperkenalkan kembali budaya Melayu.

Kemudian, acara dilanjutkan dengan alu-aluan dari Pak Bupati dan doa pembuka. Kerap kali, berbagai pantun indah dilantunkan oleh pembawa acara, ketua pelaksana, dan bupati.

"Mandi Shafar ini merupakan peninggalan kuno Kesultanan Lingga yang sudah dilaksanakan sejak padazaman Sultan Abdurrahman Muazamsyah II. Mandi Shafar adalah bentuk kearifan lokal masyarakat Melayu yang dimaksudkan untuk menolak bala, menyerahkan diri sepenuhnya baik jasmani maupun rohani kepada Allah SWT.

Dengan Mandi Shafar, masyarakat Karimun melalui pemimpinnya menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah SWT, memohon perlindungan semoga tanah Karimun yang kita cinta senantiasa diberi kemakmuran, keamanan, dan ketentraman," tutur pembawa acara.

Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Karimun mengikuti prosesi Mandi Shafar (dok. pribadi)
Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Karimun mengikuti prosesi Mandi Shafar (dok. pribadi)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun