Mohon tunggu...
Zarna Fitri
Zarna Fitri Mohon Tunggu... Freelancer - Seorang perempuan yang punya banyak mimpi

Menulis untuk memberikan ruang besar di relung hati Bisa hubungi via IG @zarna_fitri

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Gagal Itu Apa?

17 Juli 2022   21:17 Diperbarui: 17 Juli 2022   21:38 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pernah nggak kamu bertanya pada diri sendiri, pernah nggak kamu gagal?  Atau seberapa banyak kegagalan yang kamu lewati? Atau seberapa banyak kata gagal itu mengikuti hari-harimu? Sekali, dua kali, tiga kali, atau malah tak tehitung saking seringnya. YOU ARE NOT ALONE. Yes. I said again, "YOU ARE NOT ALONE".

Kalau kita sadari, sebenarnya kita sudah belajar akan banyak kegagalan dari sejak lahir. What? Sejak lahir?  Apa nggak salah?  Iya, kamu tidak salah baca. Bahkan tidak menutup kemungkinan dari dalam kandungan ibu kita sudah sangat paham arti kegagalan. 

Mengapa demikian? Coba saja, saat kita diam saja di perut, ibu kita akan cemas. Segala hal dilakukan agar janinnya ini bergerak lincah lagi di perutnya meskipun terkadang gerakan itu menyakiti dirinya. Kita sudah dituntun untuk kembai bangkit ketika ada hal yang tidak diinginkan terjadi. 

Setelah menatap dunia, kita juga dituntun untuk tetap dan terus bangkit. Bagaimanapun susahnya keadaan. Ketika misalnya lahir dengan premature, kita dihangatkan di ruang khusus di rumah sakit untuk mencapai keadaan tertentu. Ketika baru belajar jalan, kita akan terus dituntun agar bisa berjalan dengan lancar. Bahkan untuk berlari kencang. 

Lantas mengapa ketika pola pikir sudah terbentuk, dewasa kata orang melekat pada diri, malah tidak mau bangkit dari kegagalan itu? Padahal baru secuil usaha yang dilakukan untuk terhindar dari kegagalan. 

Belum sebanding dengan hasil yang akan diterima. Gagal menerpa, malah menyalahkan keadaan, suasana. Padahal, diri sendiri yang membuat celaka. Yang membuat gagal datang melanda. Setelahnya, merutuk diri, keadaan, lingkungan tanpa mau bangkit dati kegagalan itu. 

Pertanyaannya, tidak malukah kita dengan kondisi kita waktu bayi? Seberapa sering kita jatuh dan menangis untuk bisa duduk dengan benar. Untuk bisa berdiri, berlari, membaca, makan dengan benar sendiri. 

Di saat dewasa, merasa masalahnya paling luar biasa. Padahal masih banyak lho lebih berat permasalahannya dan kemudian bangkit. 

Ayolah, YOU ARE NOT ALONE. Kamu bukan satu-satunya manusia gagal. Dari kegagalan itu banyak pelajaran lho bisa dipetik. Yuk, jadi manusia terdepan yang bangkit kemudian berdiri tegak dan kokoh untuk menghadapi rintangan berikutnya. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun