Mohon tunggu...
Aqida Izza
Aqida Izza Mohon Tunggu... Buruh - resolusi 2020 menulis minimal 200 kata sehari

Wirausaha yang hobby membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Yang Bertahan di Tengah Corona

9 Mei 2020   09:24 Diperbarui: 9 Mei 2020   09:23 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Saat-saat pandemi begini lagi rame bisnis online. Yang sudah merintis tentu saja kemungkinan besar sudah mengambil manfaatnya. Saya sendiri sudah merintis penjualan online sejak beberapa tahun yang lalu sekitar empat tahunan. Memang pada awal berjualan online tidak semulus seperti yang dibayangkan. Saya kira sekali posting atau upload barang sudah selesai tugasnya. Tapi ternyata perjalanan masih panjang. Belum lagi kita harus melayani karakter pembeli yang bermacam-macam. 

Pernah saya bertemu seorang ibu-ibu pengusaha batik yang mengeluh tentang berjualan online. Beliau bercerita sudah mempekerjakan karyawan untuk melayani toko onlinenya namun belum juga mendapatkan hasil. Yang ada malah sakit hati karena pembeli yang PHP. Saya menyadari bahwa adanya gap informasi di kalangan generasi x dan milenial ini menjadi masalah tersendiri dalam pemasaran online.

Di satu sisi pembeli online yang menginginkan integritas dan keamanan dari penjual pasti akan bertanya terus-menerus mengenai produk yang akan dibelinya bahkan bisa sampai berhari-hari. Apalagi mengingat karakteristik orang Indonesia yang kurang suka membaca.

Di sisi lain penjual yang berasal dari generasi X berpikir bahwa tahap penjualan online hanya sekedar meng-upload barang di internet saja tanpa perlu ribet-ribet melakukan pemasaran dan bahkan sebagian dari mereka tidak kepikiran bahwa interaksi dengan pelanggan akan sealot itu. Namun untungnya saat ini banyak komunitas UMKM yang mengadakan seminar-seminar kecil tidak berbayar untuk membantu UMKM mengikuti arus global seperti Gapura Digital yang diinisiasi oleh Google.

Kalau dulu proses pembinaan seperti ini kebanyakan berpusat di ibukota saja, sekarang sudah mulai menjangkau kota-kota di Indonesia. Bahkan pemerintahan juga melakukan proses pembinaan seperti yang dilakukan di dinas koperasi. Namun sayangnya tidak semua pengusaha mendapatkan informasi untuk kegiatan-kegiatan seperti ini. Padahal jika kita ketinggalan info sedikit saja di era informasi seperti saat ini maka dampaknya lumayan akan membuat usaha kita tertinggal jauh.

Ketika saya mengikuti acara-acara pembinaan UMKM seperti ini, saya salut pada ibu-ibu dan bapak-bapak yang selalu memenuhi ruangan. Di usianya yang tidak muda lagi mereka masih bersemangat mengikuti perubahan. Bahkan saya sempat minder karena terkadang hanya saya yang termasuk kalangan milenial.

Saya heran apakah anak-anak muda tidak tertarik menjadi pengusaha atau mereka memiliki komunitas-komunitas lain. Terlepas dari itu, saya optimis jika pemerintah dan swasta berkomitmen untuk melakukan pembinaan-pembinaan seperti ini maka sangat mungkin perekonomian Indonesia akan mengejar ketertinggalannya. Yang perlu kita lakukan sebagai pengusaha ataupun calon pengusaha untuk terus beradaptasi dengan perubahan jaman.

Mengutip sedikit pembicaraan Deddy Corbuzier dan prof. Rhenald Kasali dalam podcastnya, pada akhirnya orang yang mampu bertahan adalah yang berteman dengan masa depan.

Di era yang dinamis ini, hampir setiap saat muncul cara-cara baru untuk melakukan sesuatu begitu pula di bidang penjualan. Kalau kita bertahan dengan cara-cara lama maka pilihannya adalah menunggu punah atau bergerak cepat mengikuti arus. Saya mengamati teman-teman pengusaha saya yang tidak beradaptasi perkembangan digital, mengalami kesulitan yang sangat signifikan pada masa pandemi seperti ini. Masalahnya bukan pada usia tapi mau atau tidaknya.

Banyak pengusaha generasi X yang masih semangat belajar dan pada kenyataannya mampu mempertahankan usahanya. Dan yang perlu diingat usaha yang kita rintis mungkin tidak akan langsung terlihat hasilnya tetapi akan terlihat beberapa tahun kemudian. So jangan berhenti berjuang dan libatkan Tuhan karena  kita tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi esok. Seandainya saya baru merintis sekarang mungkin saya belum bisa memanen hasilnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun