Mohon tunggu...
Zahrotul Firdaus
Zahrotul Firdaus Mohon Tunggu... Jurnalis - pipink

percaya diri bahwa segala sesuatu iu bisa dicapai tergantung dari manusia itu sendiri

Selanjutnya

Tutup

Money

Mengenal Nilai Hedonisme Atas Penyimpangan Maslahah

17 Februari 2019   19:09 Diperbarui: 17 Februari 2019   19:11 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Pada saat  ini kata hedonisme sering  digunakan oleh kalangan  milenial untuk bersenang-senang baik berbelanja , mabuk-mabukan maupun makan  dengan  pengeluaran yang sangat banyak tanpa peduli itu sesuai kemampuan atau  tidak. Laluu apa arti hedonisme itu sendiri?

Hedonisme adalah gaya hidup bersenang-senang yang tanpa susah bisa dilihat dari penampilannya dan pola pikirnya dimana hanya mementingkan kenikmatan dunia. Lalu bagaimana pandangan agama islam melihat fnomena tersebut.

Dalam teori ekonomi islam, kepuasan atau kenikmatan dikenal dengan maslahah dengan pengertian terpenuhi kebutuhan baik fisik maupun spiritual. Islam sangat mementingkan keseimbangan fisik dan non fisik yang didasarkan oleh syariah. Seorang muslim untuk mencapai tingkat kepuasan harus mempertimbangkan beberapa hal, baik dari segi barang yang dikonsumsi harus halal, baik secara zatnya maupun cara memperolehnya tidak bersikap isyaf (royal) dan tabzir (sia-sia). Kepuasan seorang muslim tidak didasarkan banyak sedikitnya barang yang dikonsumsi,tetapi atas berapa nilai ibadah yang didapatkan dari konsumsinya.

Dalam teori ekonomi nilai guna (utility) apabila dianalisis dar teori maslahah , kepuasan bukan didasarkan atas banyaknya barang yang dikonsumsi tetapi didasarkan atas baik buruknya sesuatu terhadap lingkungannya. Jika mengkonsumsi mendtangkan kmafsadatan pada diri atau linkungan maka tindakan itu harus ditinggalkan sesuai kaidah:

Menolak segala bentuk kemudaratan lebih diutamakan dari pada menarik manfaat.

Menurut ekonomi konvensional, konsumsi diasumsikan selalu bertujuan untuk memperoleh kepuasan. Sedangkan konsumsi dalam islam lebih mempertimbangkan aspek maslahah yang menjadi tujuan dari syariat islam ( maqashid syariah).

Maslahah dalam ekonomi diterapkan sesuai dengan prinsip rasionalitas muslim, bahwa setiap pelaku ekonomi selalu ingin mempunyai keyakinan, bahwasanya kehidupan tidak hanya ada di dunia tetapi ada di akhirat kelak.

Imam Asy-Syathibi mengatakan, kemaslahatan anusia dapat terealisasi apabila5 unsur pokok dapat diwujudkan dan dipelihara yairu agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta. Semua kebutuhan barang dan jasa untuk mendukung dari kelima unsur pokok tersebut.

Dalam konteks hedonisme para milenial lebih tidak terkontol,tidak berhati-hati, dan mengahmbur-hamburkan uangnya demi  mencari suatu kepuasan yang menurut mereka perlu. Padahal ajaran islam kita di haruska untuk berprilaku hemat, kontrol diri, dan kehati-hatian dalam membelajakan kekayaan.

Agar berhati-hati dalam mencapai suatu kemaslahatan hendaknya kita  membelanjakan kekayaan denga hati-hati. ada tiga prinsip konsumsi yang digariskan oleh agama islam, yakni konsumsi berupa barang atau makanan yang halal, konsumsi barang yang suci dan bersih, dan tidak berlebihan.

Prinsip halal, dianjurkan bagi setip muslim untuk membelanjakan pendapatanya dengan barang yang halal seperti yang dijelaskan dalam al-qura'n surat al-maidah(5) ayat 88. Pada saat sekarang banyak dari kaum milenial membelanjakan pendaatannya dengan membeli barang yang haram seperti narkoba dan minuman keras yang dimana dilarang oleh agama. Kedua, prinsip kebersihan dan menyehatkan yang dianjurkan oleh rosuluuloh adalah dengan memilih makan yang bersih, enak dilihat, dan menyehatkan. Ketiga, prinsip kesederhanaan dalam islam yakni mengambil sesuatu dengan seperlunya tidak berlebihan atau berbelanja barang dengan secukupnya tidak berlebihan (bors) dan tidak boleh berlaku kikir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun