Mohon tunggu...
Zera Zetira Putrimawika
Zera Zetira Putrimawika Mohon Tunggu... Jurnalis - Journalist

Detoxing for Discernment | Student of Education, Linguistics, Ushuluddin | I'm playing piano and badminton

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Paradoks Malam Jumat

1 Agustus 2018   12:00 Diperbarui: 2 Agustus 2018   00:35 1509
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi (@kulturtava)

Setelah tahu bahwa dongengmu sudah berakhir, kuhapus kenangan tentang kota hujan. Tentang malam jumat satu suro yang basah.

Aku pergi ke kota ini dengan kereta kelas ekonomi. Hanya membawa baju di badan dan selembar tiket pulang yang sudah kupesan lebih dulu.

Ini bukan tulisan tentang kebencianku pada laki-laki. Tidak, aku sama sekali tidak membenci laki-laki. Aku hanya ingin menulis yang sebenarnya aku rasakan, yang aku alami bahwa dongeng selamanya tetap dongeng.

Laki-laki, ditakdirkan memang untuk memilih. Perempuan, diciptakan Tuhan sebagai makhluk yang kuat. Kuat jika lelaki tak memilihnya nanti.

Jadi, tak perlu menyalahkan laki-laki bila mereka meninggalkanmu. Salahmu karena terlalu banyak berharap pada mereka. Aku bersyukur karena dari awal aku tahu bahwa dongeng selamanya tetap dongeng. Jangan pernah berharap pada hal-hal indah yang diucapkan terus menerus. Karena itu adalah dongeng. Sesungguhnya, kenyataan yang akan terjadi tak perlu diucapkan. Tak ada yang tahu apa yang akan terjadi. Aku tak percaya ramalan maupun cenayang.

Begitulah. Aku banyak belajar darimu. Benar kata Bunda Teresa, beberapa orang datang dalam hidupmu untuk memberimu pelajaran.

Aku tak seperti perempuan pada umumnya yang dimanjakan dongeng dan ucapan-ucapan manis. Aku perempuan yang dibesarkan oleh kenyataan, kejadian dalam hidup yang tak pernah terduga, berubah-ubah seiring bergantinya malam.

***

Orang-orang bergembira. Sepanjang jalan menuju Simpang Lima, semua hati bergembira, semua mulut tertawa, semua mata bahagia. Semua pasangan akan berakhir. Bisa berakhir di pelaminan, bisa juga hanya berakhir di ranjang, bisa juga berakhir di penjara, bisa juga di dalam kubur.

Kau masih berkata padaku bahwa cinta itu abadi? Padahal kau tahu bahwa semuanya akan berakhir? Malam satu suro di mana kehangatan menyelimuti kisah kasih kita juga akan berakhir. Berganti dengan malam senin, malam selasa, malam rabu, malam kamis, dan malam petaka terakhir kita, malam jumat.

Malam di mana sebagian mukmim memutuskan zikir lebih panjang usai salat Isya, malam di mana beberapa keyakinan tertentu membakar sajen, dan malam di mana beberapa penakut dan pecundang ngumpet di dalam kamar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun