Mohon tunggu...
Zeny Aulia
Zeny Aulia Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

jae's gf

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kenikmatan di Balik Kesederhanaan

30 November 2024   19:25 Diperbarui: 30 November 2024   19:24 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Jean menatap meja makan di depannya. Piring-piring besar penuh lauk pauk tersaji dengan menggoda. Nasi hangat mengepul, ayam bakar terpanggang sempurna, sambal menggoda, dan kerupuk yang renyah. Perutnya yang sejak pagi belum diisi seakan bersorak, mendorong tangannya untuk segera mengambil makanan sebanyak-banyaknya.

Namun, ingatan itu datang---kalimat Ustaz Ahmad di pengajian pekan lalu. "Rasulullah SAW menganjurkan kita makan secukupnya. Jangan terlalu kenyang, karena perut adalah gudangnya penyakit."

Jean menarik napas panjang. Pandangannya beralih pada ayahnya, Pak Zaki, yang duduk di seberang meja. Dengan tenang, ayahnya mengambil sedikit nasi, sepotong kecil ayam, dan sayuran secukupnya.

"Kenapa sedikit sekali, Yah?" Jean bertanya.

Pak Zaki tersenyum. "Cukup untuk menegakkan punggung. Rasulullah SAW sudah mengajarkan, makanlah sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minum, dan sepertiga untuk udara. Kalau terlalu kenyang, perut jadi berat, dan kita malas beribadah."

Jean terdiam. Ia tahu benar, perasaan malas sering kali datang setelah ia terlalu banyak makan. Bukannya merasa nyaman, tubuhnya malah lemas, bahkan pikiran pun terasa kabur. Tapi, godaan makanan yang melimpah di depan matanya sulit ia lawan.

"Iya, tapi makanan ini sudah disiapkan. Sayang kalau tidak dimakan semua," kilahnya.

Pak Zaki mengangguk pelan. "Betul, tapi sayang juga kalau kita makan berlebihan hanya karena hawa nafsu. Sebaiknya ambil secukupnya, kalau masih lapar, baru tambah. Lagipula, lebih baik berbagi dengan tetangga yang mungkin belum makan."

Ucapan ayahnya membuat Jean terhenyak. Ia teringat cerita ibunya, tentang tetangga di ujung gang yang sering hanya makan seadanya. Rasa kenyang yang ia kejar seakan berubah menjadi rasa bersalah.

Dengan ragu, Jean menyesuaikan porsinya. Ia mengambil sedikit nasi dan lauk, lalu duduk di sebelah ayahnya. "Yah, setelah makan, bagaimana kalau kita bungkus sebagian makanan ini untuk Bu Nina di ujung gang?"

Pak Zaki tersenyum lebar, menepuk pundak putranya. "Itu keputusan yang bagus, Nak. Dengan begitu, kita tidak hanya mengikuti sunnah Nabi, tapi juga berbagi kebaikan."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun