Mohon tunggu...
M. Fauzan Zenrif
M. Fauzan Zenrif Mohon Tunggu... Dosen - Zenrif

Hidup Itu Belajar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Perjalanan SAHI Jawa Timur (4)

1 Januari 2020   15:29 Diperbarui: 1 Januari 2020   15:50 275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
NAAT: Pilihan Pertama Dihubungi | dok. istimewa

Setelah saya secara tidak resmi sudah bergabung dalam DPW, kemudian saya baru tahu dilwtakkan sebagai Sekretaris, Ketua DPW SAHI jawa Timur memerintahkan agar saya berusaha untuk bisa membuka SAHI di luar Malang Raya.

Atas perintah tersebut,  saya coba menghubungi beberapa kolega. Tentu saja, kolega saya hanya terbatas. Alumni kampus, Perguruan Tinggi Islam Negeri, atau Baznas (Badan Amil Zakat Nasional). Yang terakhir saya sebutkan ini tidak mungkin saya hubungi karena sudah banyak kesibukan dan karenanya kadang-kadang Pengurus Baznas sudah tidak sempat berkolaborasi dengan selain yang berhubungan dengannya. 

Alumni Edsa '88 (English Department of Sunan Ampel), satu-satunya komunitas alumni yang saya ikuti, paling mungkin untuk dihubungi. Akan tetapi, mereka adalah orang-oranh potensial yang setelah lulus langsung diterima sebagai guru. Saat saya hubungi, mereka sudah sangat sibuk, bahkan beberapa diantara mereka sudah menjadi Kepala Sekolah atau dosen. 

Saya beralih menggunakan link perguruan tinggi yang dekat dengan pengabdian pada masyarakat. Tidak mudah menjelaskan pentingnya organisasi ini pada mereka yang pandai analisisbdan memahami kepentingan dan keperluan hidup dengan baik. Saya juga gagal di link ini. 

Saya baru menyadari bahwa saya yang merasa sudah memiliki link banyak tak mampu untuk membukan beberapa wilayah yang diinginkan. 

"Tak ada jalan lain," begitu pikirku saat itu, "tinggal satu jalan menghubungi link kelurga atau teman."

NAAT, Naqabat Ansab al-Awliya' al-Tis'ah, sebagai organisasi sosial keagamaan yang dihuni oleh para keturunan awliya' sembilan di Indonesia, menjadi sasaran pertama yang dipertimbangkan untuk bisa diajak bersama untuk mengembanhkan lembaga sosial baru yang saya berharap menjadi perahu baru untuk berselancar dalam perjuangan kemanusiaan, keislaman dan kebangsaan.

Beberapa personel yang saya giving btak memberikan respon, atau merespon tidak seperti yang saya bayangkan. Mereka sudah sibuk dan harapan pun pupus sebelum berkembang. 

Saya coba komunikasikan kembali pada Ketua untuk memberikan sokusi atas upaya yang sepertinya mencapai titik akhir. Tetapi, Ketua tetap agar saya berusaha untuk membuka di beberapa DPD,  sebab Ketua juga merasa kesulitan dikarenakan semua nomer kontak ada di hp yang hilang. 

Perhatian saya kemudian menuju pada pilihan terakhir. Pilihan yang sesungguhnya tidak nebjadi pilihab saya sendiri. Teman dekat saya pilih untuk menjadi jalan keluar dari jalan yang rasakan sudah buntu ini. 

Beberapa orang saya coba hubungi dan menjelaskan tentang lembaga baru ini.  Mulai ads respon positif, Bangkalan,  Sampang, Pamekasan, Nganjuk, Surabaya, dan Jombang secara bersama-sama memberikan respon positif. Menyusul kemudian Situbondo dan Probolinggo. Dari Pamekasan kemudian merekomendasikan Sumenep. Anak buncit yang kemudian menjadi anak ragil yang menjadikan organisasi ini menjadi genep.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun