Sekalipun tempatnya sederhana, tanpa AC dan ryang terbuka, ada kipas angin tali rusak, membyat suasana gerah sampek saya harus melepas baju, tapi saya merasa enak duduk menunggu di bengkel yang pegawainya pakek seragam, tapi sudah sangat kotor, sampek warna aslinya hilang tersebut.Â
Saya sepertinya betah di tempat ini, apalagi tidak begitu lama saya menu ggu, Â sekitar dua jam, eh sudah agak lama ya, Â datang tiga orang Angkatan Udara yang ke etulan ngecek kerusakan mobilnya dan sekaligus membayar ongkos perbaikannya. Pelanggannya ternyata LANUD malang dan Surabaya juga.
Dalam batin saya bertanya, Â apa yang me buat saya kerasan dan nyaman di bengkel yang pelayannya semua laki-laki ini? Mengapa mau diganti alatnya sekali oun harganya sama saja dari bengkel resmi? Mengapa saya lebih senang memperbaiki mobil di bengkel rakyat yang pelayamannya juga senyuman tak manis? Pikiran ku menjawab, bengkel resmi atau bengkel kaki lama, hanya urusan pilihan. Saya senang bisa mendukung usaha masyarakat kelas menengah ke bawah, Â itulah sebabnya saya makan, swlama ada yang meyakinkan kesuciannya, juga di warung pinggir jalan.
Mari dukung usaha masyarakat yang masih lemah agar menjadi kuat. Mendukung usaha mereka lebih baik daripada pidato keadilan, atau protes keadilan. Maribperbanyak gerakan peduli kelas bawah demi keadilan dariapda pidato keadilan kemana-kemana.Â