Acara kemantenan dalam sebuah tradisi terkadang tak bisa terpisahkan dari pola keberagamaan keluarga kemanten. Pada sisi lain, dalam pandangan Islam, acara kemanten sesungguhnya bukan hanya mempertemukan dua individu, melainkan menggandengkan empat, bahkan lebih keluarga. Oleh sebab itu, dalam sebuah acara kemanten, selalu bergabung berbagai tradisi. Tapi, ada satu grand kultur yang diikuti oleh kalangan santri.
Salah satu tradisi kalangan santri adalah sarung dan kopyah. Dalam acara sakral seperti ini, sarung dan kopyah selalu harus terluhat menjadi pakaian wajin yang dipakai oleh mayoritas tetamu dab tuan rumah.
Selain dari urusan pakaian, temoat duduk pun menjadi bagian daribtradisi acara gormal dan sakral. Untuk memberikan kesan kesantrian dan memberikan bukti kemustajabahan acara kemanten, kehadiran kyai mutlak diperlukan.bpara kyai selalu diletakkan di depan panggung kehormatan, kemudian diikuti oleh runtutan deretan kederajatan selanjutnya.
Jika kyai yang dihormatiboleh keluarga belum hadir, acara bisa saja ditunda untuk menunggu sang kyai. Acara kemudian dimulai saat sang kyai sudah rawuh bersama rombongan. Jika kehadiran kyai merupakan petanda atas dimulainya sebuah acara kemanten di lingkungan santri, maka ketidakhadiran kyai, walaupun hanya seorang kyai, maka itu bisa saja dimaknai sebaliknya oleh masyarakat.
"Kasihan mantennya, tak asa satu pun kyai yang datang ke acaranya." begitu kata banyak orang jika dalam sebuah acara kemanten tidak dihadiri oleh seorang kyai sekalipun.