Mohon tunggu...
M. Fauzan Zenrif
M. Fauzan Zenrif Mohon Tunggu... Dosen - Zenrif

Hidup Itu Belajar

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mengenal Pesantren Muhammadiyah Tertua di Indonesia (Bagian 5-Selesai)

27 Juli 2019   19:19 Diperbarui: 27 Juli 2019   19:38 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pintu Gerbang Pesantren Karangasem| dokumentasi pribadi

2. Menilai Survival Pesantren Karangasem

Saya memprediksi Pesantren Karangasem ini akan bisa survival dalam wakti yang panjang. Ada beberapa alasan mengapa pesantren ini bisa bertahan dengan usia panjang. Ada beberapa teori tentang survival, tetapi saya lebih suka membaca pada gejala sosial yang hidup di lingkungan pesantren ini.

Berikut adalah beberapa alasan yang menurut saya akan mampu membuat pesantren ini survival: 1) Memiliki Banyak SDM dari inteenal keluarga: 2) Memiliki hubungan yang luas: 3) Memiliki daya imun sosial karena sifat tasamuh.

Memiliki Contoh Kebaikan yang Ditiru

Contoh Kebaikan: Isteri Yai Abdurrahim, Ipar Yai Man, Duduk di Belakang dan di Bawah| dokumentasi pribadi
Contoh Kebaikan: Isteri Yai Abdurrahim, Ipar Yai Man, Duduk di Belakang dan di Bawah| dokumentasi pribadi

Semua komunitas yang bisa bertahan harus memiliki contoh kebaikan yang dapat diteplikasikan pada penerusnya. Kmunitas yang memiliki nilai-nilai ini, maka dia akan bisa memiliki daya tahan terhadap berbagai bentuk perubahan sosial.

Saya menemukan ini pada komunitas Pesantren Karangasem. Salah satu contoh nilai kebaikan tampak dalam perilaku komunitas yang baik ini. Pada sebuah kerumunan massa, setiap tokoh selalu di tenpatkan pada posisi terdepan untuk menunjukkan pada kehormatan tokoh. Kian terhormat ketokohan seseorang kian terhormat iuga posisinya.

Sesuai dengan Ketokohan Setiap Tokoh Masyarakat Duduk di Posisi Paling Depan dari Deretan Kursi yang Berjajar| dokumentasi pribadi
Sesuai dengan Ketokohan Setiap Tokoh Masyarakat Duduk di Posisi Paling Depan dari Deretan Kursi yang Berjajar| dokumentasi pribadi

Saya melihat sesuatu yang berbeda dengan posisi Ibu Gus Fanani, isteri Yai Abdurrahim, Ipar Yai Man Sang Pendiri itu. Beliau tidak memilih tempat duduk di depan para perempuan, sebagaimana tokoh kelurga laki-laki duduk di depan deretan kursi laki-laki.

Dalam Susunan Kursi Berderet Seperti ini, Para Tokoh Berada di Deretan Depan| dokumentasi pribadi
Dalam Susunan Kursi Berderet Seperti ini, Para Tokoh Berada di Deretan Depan| dokumentasi pribadi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun