Mohon tunggu...
Zen Pandushi
Zen Pandushi Mohon Tunggu... -

Seorang Manusia yang hanya bergelar Mahasiswa. Penyuka menulis. Bukan Penulis.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Muslihat

28 Mei 2017   13:46 Diperbarui: 28 Mei 2017   13:58 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Dibalik tirai itu ia mulai mengumpat

Lalu berlari kuat-kuat

Menaiki tangga darurat

Terus keatas lalu belok ke barat

Berputar-putar penuh siasat

Mencoba menjauhi tuan pemahat

Katanya pemahat itu jahat

Dia makin berlari penuh semangat


Kakinya ia pacu dengan giat

Ketika ia sampai di selat

Dia bertemu pembuat coklat

Sambil mencicipi coklat yang lezat

Tubuhnya pun menjadi bulat

Pemikirannya menjadi lambat

Dia tidak mampu belari cepat

Karena tubunya kian memberat


Tuan Pemahat, sudah cukup! Mari istirahat!

Sudah seperempat abad kalian berkutat

Coba lihat! Kalian tersesat!

Sadarlah wahai tuan pemahat!

Badanmu bau sehingga penuh lalat

Pulang dan mandi agar badanmu sehat


Biarkan saja si bulat

Dia masih asyik mengunyah coklat

Hei tuan pemahat!

Apa yang kau lihat?

Sepertinya kau membeci pembuat coklat

Walaupun perkiraanmu tepat

Tapi membenci takkan bermanfaat

Jangan beralasan sebagai alat


Sepertinya niatmu belum juga lumat

Sudah cukupkan segala muslihat

Tenanglah tuan pemahat!

Dia akan mengirim surat

Ibarat sebuah isyarat


Hei tuan pemahat!

Tak usah wajahmu mengkerat

Kebenaran memang suka telat

Jadi pulanglah tuan pemahat

Tak usah menghujat!

Sebelum tuan pemahat menjadi melarat

Dan ia menjadi sekarat


Berterimakasihlah pada pembuat coklat

Yang datang sebagai kilat

Penghangus relikuli berkarat

Yang selama ini menjerat


Selamat jalan tuan pemahat…

Selamat makan si bulat…


Sebelum sampai akhir kalimat

Tak kulupakan ucapan selamat

Kerja bagus bagimu pembuat coklat

Perhitunganmu sungguh cermat


Tapi awas, topengmu terlihat!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun