Mohon tunggu...
Zainuddin El Zamid
Zainuddin El Zamid Mohon Tunggu... Dosen - Santri

Penulis amatiran.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Lionel Messi, Doktrin Santri, dan Cara Cepat Masuk Surga

20 Juni 2022   14:39 Diperbarui: 20 Juni 2022   15:42 536
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Pernah suatu hari di warung kopi, seperti biasa, saya menikmati kopi, melepas lelah di sela kesibukan mengurus Tesis untuk menyelasaikan studi. Kebetulan ada seorang bapak-bapak yang juga ngopi pada saat itu. "sibuk opo saiki mas? Kok koyok e riwa-riwi terus?" tanyanya dilanjutkan dengan menghisap rokok kretek andalan bapak-bapak dengan harga murmer itu.
"lagi sibuk nyelesaikan Tesis pak. Kejar target munaqosyah bulan depan" sahut saya.

Bapak tersebut diam sejenak dengan wajah sedikit kebingungan. "Tesis iku opo mas? kok koyok bahasa kedokteran?" timpalnya.

Giliran saya yang diam sejenak, berpikir sambil ngomong dalam hati "perasaan tesis gak cuma di dunia kedokteran deh" sejurus kemudian saya baru ngeh kalau yang dimaksud bapak itu adalah testis. Ya, yang dimaksudnya adalah biji! Bukan tesis.

"owalah... Niku Testis pak, sanes Tesis" (Itu Testis, bukan Tesis) jawabku sambil nahan ketawa.  Bapak itu tetap menanggapi dengan serius.

"lha Tesis iku opo mas!?" lanjutnya.

"tesis niku tugas akhir berupa karya ilmiah pak. Sami kalih Skripsi. Skripsi niku tugas mahasiwa S1, kalau tesis niku damel mahasiswa S2" (Skripsi tugas mahasiswa S1, sedangkan tesis untuk mahasiswa S2) jawabku.

"lha nek testis?" sahutnya. Oalah pak, saya kira si bapak sudah melupakan testis. Ternyata masih dibahas. Baiklah. Aku coba jawab dengan singkat dan padat. "testis niku biji pak. Endog e tiang jaler" (tesis itu biji pak. Telurnya laki-laki) sahutku.

"oalah... Pringsilan tho?" jawabnya dengan senyum polos. "nggih" kataku sambil nyeruput kopi panas yang ada di meja warung.

"angel yo mas kuliah iku. Kuliah suwi, ngentekno biaya. Lek wes lulus tetep ae golek lapangan kerja" (susah ya mas kuliah itu. Kuliah lama, ngabisin biaya)
Aku terus mendengarkannya, berharap ada wejangan dan ilmu hidup yang bisa kupetik dari ngopi saat itu. "anakku gak tak olehi kuliah. Mending kerjo ae. Kuliah gak kuliah yo tetep iso kerjo kok. Yo mending langsung kerjo" lanjutnya. Artinya kira-kira begini; anak saya gak saya bolehin kuliah. Mending kerja aja. Kuliah atau nggak, tetap bisa kerja kok.

Saya terdiam sambil menggerutu dalam hati. kok bisa sih ini bapak jahat banget gak mau menguliahkan anaknya. Padahal dari segi ekonomi ya gak susah-susah amat dan kampus di sekitar daerah itu relatif murah dan terjangkau. Tapi saya berusaha menghargai pendapat bapak tersebut. "o nggeh pak, lha pripun, kulo tasek kepingin belajar e. Hehe. Mumpung tasek enom" jawabku dengan senyum ringan. Artinya kira-kira begini; oh iya pak. La gimana, saya masih pengen belajar. Mumpung masih muda.

Si bapak melanjutkan "aku biyen mek tamat SD mas, tapi yo iso nyukupi keluarga. Yo urip" (saya dulu cuma tamat SD. Tapi bisa menghidupi keluarga. Ya tetap bisa hidup) ujar si bapak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun