Mohon tunggu...
Zeanonim
Zeanonim Mohon Tunggu... -

commoner yang terjebak di belantara Ibukota, mencari sesuap nasi melalui hal-hal ghaib (IT) dan penikmat keindahan dari secercah cahaya (photography)

Selanjutnya

Tutup

Politik

Who is Your 'Devil'

15 Januari 2017   12:03 Diperbarui: 15 Januari 2017   12:37 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Better 'the devil' you know than you don't, mungkin itu prinsip yang diambil oleh pendukung petahana disamping pendukung fanatiknya, sedangkan pendukung alternative-nya mungkin memiliki harapan 'devil' can be good (diluar pendukung fanatiknya). Artinya kelompok pertama dapat mentolerir segala kekurangan petahana dengan mengukur manfaat yang dia bawa, sedangkan kelompok kedua mungkin sudah jenuh dengan segala sepak terjang dan kebijakan petahana dan berharap calon baru bisa memenuhi harapan mereka. Dua - duanya sah - sah saja, namun jangan sampai kita lupa bahwa all is 'devil' . Apa yang kita pilih adalah the lesser "evil" , dan lesser evil adalah relatif bagi tiap - tiap orang, tidak ada jawaban yang paling benar.

'Devil' dan 'evil' disini bukan berarti saya menuduh bahwa mereka - mereka yang mencalonkan diri sebagai pemimpin sudah pasti memiliki niat jahat, konteksnya adalah bahwa siapapun mereka ketika menjabat pada akhirnya akan mengecewakan sebagian dari rakyatnya , apapun bentuknya. Every government is suck, diantara orang - orang yang puas terhadap kinerja pemerintahan, pasti ada yang tidak puas bahkan benci hingga memusuhi, karena itu kritik sangat diperlukan, tetapi harus diingat bahwa kritik itu berbeda dengan komplain, hujatan, atau fitnah. Kritik adalah salah satu cara menyampaikan masalah (problem) yang disertai dengan usulan solusi (proposed solution), sedangkan komplain adalah ungkapan gejala - gejala (symptom) dari masalah tanpa memberikan solusi apa2, dan hujatan dan fitnah adalah bentuk kebencian atau bahkan sabotase yang justru akan menambah masalah

Saya berpendapat bahwa pemimpin yang baik (pribadi dan kebijakannya) akan didapat dari masyarkat yang mayoritas orangnya baik dan benar, yaitu masyarakat yang aktif mencari solusi tanpa bergantung dengan siapa pemimpin atau pemerintahnya. Mungkin kita akan mendapati orang baik (pribadi) jadi pemimpin, tetapi apabila sekelilingnya adalah orang - orang yang kotor, maka minimal dia akan terciprat kotorannya atau bahkan ikut menjadi kotor.  Jadi jika kita ingin negara ini baik, berhentilah komplain secara terus menerus (sesekali manusiawi dan tidak perlu dipublikasikan) , berhentilah menghujat, perangilah fitnah dan hoax, semuanya itu tidak ada manfaatnya kecuali hanya menyenangkan orang - orang yang sependapat. Keluarlah dari bagian masalah dan jadilah bagian dari solusi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun