Mohon tunggu...
Fauzia Noorchaliza Fadly Tantu
Fauzia Noorchaliza Fadly Tantu Mohon Tunggu... Mahasiswa - Sedang bertumbuh

Berjejak, tak berjasad

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Pencurian Besar di Abad yang Pesat Berkembang

25 Oktober 2019   22:57 Diperbarui: 26 Oktober 2019   22:02 645
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Yang akan saya bahas disini adalah soal pembajakan buku. Bagi saya ini perbuatan tanpa dasar moral yang menjamur. Mulai dari toko-toko buku pinggir jalan, sampai online shop, banyak menjual buku-buku bajakan tentu saja dengan harga miring dan tak masuk akal.

Misalnya saya membeli satu buah buku serial seharga 100.000, namun di online shop ada yang menjual satu paket berisi empat buku lengkap dengan seluruh serial dengan harga di bawah 100.000. Tidak masuk akal, bukan?

Saya harus mengocek hingga 400.000 jika ingin memiliki koleksi lengkapnya, namun dengan membeli buku bajakan saya bisa mengeluarkan biaya yang jauh lebih murah dan bisa mengalokasikan uang yang saya miliki untuk hal lain.

Tapi seumur hidup, saya tidak pernah membeli yang namanya buku bajakan. Saya selalu membeli buku di toko buku besar yang terpercaya, atau langsung ke penerbitnya. 

Jika sedang berada di Bandung, saya selalu menyempatkan diri membeli buku-buku terbitan mizan langsung di Mizan Media utama, dimana buku-buku terbitan Mizan diperjualbelikan dengan harga yang lebih murah.

Kalau pun tidak memungkinkan untuk saya pergi ke toko buku, saya akan menunggu teman atau keluarga yang bisa dititipi. Saya pernah membeli buku di online shop, dengan catatan harus terpercaya seperti mizanstore.com.

Pernah saya menemukan online shop ketika iseng-iseng mencari tahu harga-harga buku bajakan, online shop tersebut yang menjual sebuah judul buku dengan harga seperempat lebih murah dari harga buku aslinya. Bagi saya ini adalah bentuk penghinaan terhadap karya yang sudah diterbitkan dan mendapat pengakuan.

Tahun lalu ketika masih tinggal di asrama saat kuliah tahun pertama, seorang teman yang memiliki kecintaan yang sama terhadap suatu serial novel menunjukan pada saya dengan bangga dua buku berserial yang ia beli secara online.

Melihat sekilas saja saya sudah tau itu bajakan. Saya menjelaskan padanya sambil menahan tangis bahwa yang ia beli bajakan, tidak menghargai hasil kerja penulis dan orang-orang di balik hadirnya tumpuk-tumpuk buku di toko buku. Setelah ia pergi, saya diam-diam menangis. Sedih sekali rasanya.

Saya tidak paham apa yang dipikirkan orang-orang yang membeli buku bajakan. Apa karena buku bajakan jauh lebih murah? karena tidak tahu menahu? atau boleh juga tidak mau tahu.

Padahal buku-buku bajakan memiliki kualitas kertas, tinta, dan fisik buku yang buruk. Tinta tulisan yang tidak tercetak dengan baik, kertas mudah robek, cover buku kasar dengan kualitas gambar buruk, dan seringkali kertas dalam buku berceceran keluar karena lem yang tidak bagus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun