Mohon tunggu...
Fauzia Noorchaliza Fadly Tantu
Fauzia Noorchaliza Fadly Tantu Mohon Tunggu... Mahasiswa - Sedang bertumbuh

Berjejak, tak berjasad

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Secangkir Malam untuk Pagi

19 Februari 2019   07:17 Diperbarui: 19 Februari 2019   07:42 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
weheartit.com/albita_aguilar

Secangkir malam yang pahit untuk pagi
Dengan tiga sendok bintang dan sedikit potongan purnama
Serta sebungkus serpihan malam
Untukmu

Diaduk dengan penuh resah, dan gemetar
Atas pengakuan-pengakuan yang telah terpendam lama dalam satu ruang yang terkunci rapat-rapat
Atas segala duga-duga yang mengikat erat

Diracik dengan hati-hati, dengan separuh hati retak penuh namamu
Atas segala salah paham yang kusut
Atau mungkin segala penjelasan yang hanya terhenti di kerongkongan?

Dalam gelas yang dilukis sendiri dengan jemari-jemari
Banyak gurat-gurat penuh ragu,
Takut-takut menggariskan warna-warna kelabu

Secangkir malam yang retak untuk pagi
Diantar dengan gemetar

Lewat angin-angin malam yang pilu
Lewat angan-angan yang sendu
Lewat surat terlipat empat yang tergulung erat,
Tak berani dibentang dan tunjukan pada sepasang mata

Secangkir malam yang pahit untuk pagi,
Terimakasih atas segala gelas-gelas cokelat hangat sebagai peneman berbincang setiap minggu malam
Terimakasih atas segala waktu yang kita sisihkan untuk bertukar resah dan gundah
Juga atas segala dering menyenangkan yang akhirnya menyebabkan banyak hal yang patah

Pagi ini,
Mungkin waktunya berteriak "Dadah!"
Jadi jangan datang lagi

Dadah!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun