Oleh Zayn Al Muttaqien
Televisi, koran, media online, tak hentinya berbicara politik. Euforia, ingar-bingar, sampai perselisihan pilpres yang tak kunjung padam.
Sore kemarin, saat usai silaturahim, lelah badan memaksa untuk duduk santai di depan televisi. Lebarannya para tokoh masih menghiasi berita terselip di antara kabar mudik yang sedang menjadi headline.
Secangkir kopi panas, kripik, peyek, dan setengah toples nastar telah tersaji, "Nonton apa. Pak?" tanya istriku yang ikut menemani.
"Berita," jawabku seraya mengambil satu buah nastar.
"Berita politik, ya. Selalu panas!" imbuhnya.
Aku tak menjawab, selain sesekali menikmati kue yang ia sajikan.
"Bapak rindu zaman Soeharto," ujarku tiba-tiba.
Sekilas kulihat istriku terperanjat, "Zaman Soeharto lebih baik, ya, dari sekarang?"
"Tidak juga,"
"Tapi, dulu keadaan negara sepertinya aman-aman saja,"