Mohon tunggu...
Zayd Hussain
Zayd Hussain Mohon Tunggu... Administrasi - Menghindari kesesatan logika.

Senantiasa berusaha menikmati kopi seduhan istri. Bekerja untuk melunasi hutang. Mencari jalan pulang.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Agama Islam, Melawan Tuduhan Terorisme dan Radikalisme

17 April 2017   11:32 Diperbarui: 17 April 2017   20:00 1855
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bendera Negara Islam Arab Saudi | leavco.com

Agama Islam adalah agama yang haq. Memeluk agama Islam berarti sudah menempuh jalan keselamatan untuk melindungi dirinya di dunia dan di akhirat.

Allah Subhanahuwata’ala berfirman yang artinya, “Barang siapa mencari agama selain agama Islam, sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) darinya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (QS. Ali Imran: 85)

Memeluk agama Islam berarti memeluk sebuah konsekuensi. Konsekuensi untuk mau mempelajari, mengenali, dan memahami Islam secara baik, benar, serta melaksanakan dan mengamalkannya secara utuh.

Allah subhanahu wa ta’ala menyatakan yang artinya, “Masukkanlah kalian ke dalam Islam secara kaffah (keseluruhan).” (QS. Al-Baqarah: 208)

Ajaran Islam penuh dengan nilai-nilai moral, tinggi, agung, yang karenanya hanya dengan seijin Allah seseorang akan mau dan mampu mengamalkannya. Karena ajaran Islam akan menundukkan pemeluknya terhadap Sang Maha Pencipta. Merendahkan penganutnya kepada kedudukan seorang hamba terhadap Sang Maha Kuasa. Dan hawa nafsunya akan menentang serta melawannya, kecuali bagi mereka yang dirahmati Allah.

Mengetahui dan mengenali Islam tidak cukup untuk dapat dikatakan mengerti dan memahami Islam. Pemahaman yang benar hanya dapat diukur menggunakan ukuran yang jelas, yang pasti. Ukuran yang sudah ditetapkan ketika agama Islam itu sendiri diturunkan.

Dalam hadits Ibnu Mas’ud, Rasulullah bersabda, “Sebaik-baik manusia adalah generasiku, kemudian generasi sesudah mereka, kemudian generasi sesudah mereka.” (Muttafaq ‘alaih)

Ukuran kebenaran dalam Islam adalah kesesuaian pengamalannya dengan Al-Qur'an dan As-Sunnah serta sebagaimana pemahaman generasi terbaik umat ini dimana pada masa merekalah ajaran Islam ini diturunkan hingga sempurnanya setelah sebelumnya dibawa dan diajarkan oleh para Rasul terdahulu dan diselewengkan oleh umatnya. Dan setelahnya, Allah yang menjaga agama Islam ini hingga hari yang dikehendaki-Nya.

“Dan orang-orang yang terdahulu lagi pertama-tama masuk Islam dari kalangan Muhajirin dan Anshar, dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah. Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar.” (QS. At-Taubah: 100)

Penyimpangan terhadap pemahaman tersebut akan menjatuhkan seseorang satu diantara keduanya yaitu apakah dia akan meremehkannya atau berlebihan terhadapnya.

Kesalahan Pemahaman

Ibnu Abi Hatim mengatakan, "Allah subhanahu wa ta’ala menganjurkan kita untuk berpegang teguh pada petunjuk mereka (sahabat), menapaki manhaj (metode) mereka, menempuh jalan mereka, dan meneladani mereka. Allah berfirman (yang artinya) 'Barang siapa mendurhakai Rasul setelah jelas baginya petunjuk, dan mengikuti selain jalan kaum mukminin, Kami biarkan dia terhadap kesesatan yang telah dikuasainya, dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam. Adalah Jahannam seburuk-buruk tempat kembali.' (an-Nisa’: 115)"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun