Mohon tunggu...
Zayd Hussain
Zayd Hussain Mohon Tunggu... Administrasi - Menghindari kesesatan logika.

Senantiasa berusaha menikmati kopi seduhan istri. Bekerja untuk melunasi hutang. Mencari jalan pulang.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jiwa yang Sakit

20 Maret 2017   14:05 Diperbarui: 21 Maret 2017   06:00 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Berangkat dari harapan bilakah ada sebuah media daring (dalam jaringan) yang menyajikan berita aktual tetapi tidak meninggalkan jejak kotor di pikiran, terhindari dari jiwa yang sakit, berlabuhlah saya di halaman web JendelaInfo. Sejenak menyusuri artikel demi artikel, tautan demi tautan, tertangkap kesan beda dari media daring lainnya.

Orang seusia saya, yang pernah mengalami hidup di masa Orde Baru, pasti dapat merasakan perbedaan yang jauh antara isi pemberitaan media massa jaman ini dibandingkan waktu itu. Lamat-lamat saya masih ingat, media yang menyajikan berita kekerasan waktu itu sebatas pengetahuan saya hanyalah tabloid Fakta. Bapak akan sangat marah ketika tahu saya membacanya. Tontonan televisi pun sama, hanya acara-acar pendidikan, penyuluhan pertanian, dan sejenisnya lah yang ada.

Sungguh, bukan dalam posisi saya mengatakan jaman yang satu lebih baik dari jaman yang lain, tetapi lebih pada rasa takut saya terhadap segala sesuatu yang dapat dikonsumsi anak cucu saya kelak sebagai asupan gizi bagi jiwa mereka.

Saat ini, saya tidak akan banyak bercerita tentang hal itu, saya hanya ingan mengulas sedikit dalam batas kemampuan saya tentang artikel di JendelaInfo yang cukup menarik perhatian saya. Artikel tersebut berjudul Bunuh Diri Cerminan Jiwa yang Sakit.

Secara keseluruhan, ada beberapa artikel di sana membahas tentang kasus Bunuh Diri yag sedang hangat dibicarakan netizen. Iya, topik tersebut sedikit banyak memang akhirnya menjadi barang jualan bagi mereka yang ingin melariskan halaman webnya, saya tidak bermaksud menuduh mereka semua melakukan hal itu. Secara etika, ada tempat tersendiri bagi kita untuk mendiskusikan kepantasan atau ketidak pantasan suatu topik berita. Saya tidak akan berpolemik di sini.

Kembali kepada apa yang menjadi perhatian saya, cara dan metode penulisan di dalam website ini menurut saya unik. Sepertinya, pengelola halaman tersebut, siapapun dia, sepertinya ingin menmpatkan posisinya di antara dua kutub. Yaitu, kutub berita populer, istilah saya, dan kutub halaman dakwah. Saya memakai istilah itu karena memang ini yang banyak saya temui. Apabila sebuah portal memuat berita, maka isi beritanya akan cenderung populer, yang dalam bahsa saya adalah segera tidak menarik apabila sudah lewat masanya. Adapun kutub yang satu lagi, berisi berbagai topik yang sifatnya tidak lekang oleh waktu tetapi hanya akan dikunjungi oleh mereka yang niatnya belajar. Mereka yang tidak terlalu, mungkin, mempertimbangkan berita kekinian.

Demikanlah, portal JendelaInfo sekan berusaha menjembatani kedua hal itu. Coba kita lihat halaman yang sudah saya sebutkan tadi. Di sana terdapat baian artikel yang diambil dari portal berita umum nasional, sesuatu yang populer. Pada akhirnya, diberikan semacam penjelas, pencerah, atau  apa namanya pada bagian akhir artikel yang saya duga berusaha mengajak pembaca untuk dapat mencerna secara baik dan berpikir secara jernih tentang pesan moral yang ada di balik berita. Nasehat-nasehat diberikan, bimbingan dilakukan, sesuatu yang kalau boleh dikatakan, tidak saya temukan di media langganan saya sebelum ini.

Iya, saya memiliki harapan yang besar supaya ada solusi dari ketakutan saya. Takut jiwa dan pikiran terkotori akibat asupan yang tidak sehat atau bahkan salah. Sebagaimana tertulis di bagian halaman akhir artikel tersebut “Tidak akan terjadi suatu penyakit kecuali karena berkurangya sebab-sebab kesehatan. Demikian pula jiwa, tidak akan sakit kecuali karena kurang imannya.”

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun