Mohon tunggu...
Zarro Akbarur Rizky
Zarro Akbarur Rizky Mohon Tunggu... Mahasiswa - Jomblo

Kakimu bukan akar,melangkahlah #fiersabesari

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ruang Ilusi (2)

10 Agustus 2022   12:18 Diperbarui: 10 Agustus 2022   12:32 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

dua hal sebelumnya, kini ditambah rasa penasaran dengan

tembusnya aku terhadap benda padat. "Ayah, nanti Dayinta belikan coklat ya, yah!." Pintaku

manis kepada ayah "Iya nak, nanti ayah belikan coklat yang paling enak, jangan lupa doakan ayah ya, nak." "Iya yah, Dayinta doakan ayah selalu." "Hati-hati yah, jangan pernah tinggalkan sholat. Di mana pun dan kapan pun keadaan ayah, jangan pernah meninggalkan kewajiban itu." Ucap Ibu lembut. "Iya, bu. Ayah hanya akan pergi satu minggu. Setelah bencana itu reda dan kehidupan warga lereng gunung itu kembali normal, ayah akan pulang. Jaga Dayinta, bu!." Ayah mengecup kening Ibuku. Kulihat mereka begitu saling menyayangi. Mereka bersatu membesarkanku dengan kehangatan keluarga yang selalu aku banggakan.

Ayah memiliki hobi yang sama denganku, menjelajah alam. Saat itu ayah adalah relawan yang ikut membantu dalam bencana longsor. Ayah ikut membersihkan sisa-sisa longsoran dan mengevakuasi korban. Hingga kejadian tragis menimpa ayah, ayah terkubur dalam longsoran tanah. Tangis kembali pecah, tangis para warga, keluarga korban, termasuk aku dan ibu.

Selepas kejadian itu, ibu mulai menghindari kegiatan di Alam terbuka, itu sangat berdampak kepadaku. Aku sempat dilarang mengikuti pendakian karena dianggap akan membahayakan keselamatanku. Aku menangis, memberontak
tak, tak terima jika kesukaan yang sudah mendarah daging itu harus berhenti kukerjakan. "Ayah dulu suka dengan kegiatan di Alam, kan? Lalu kenapa sekarang aku dilarang?." Aku berteriak sambil menangs "Ini untuk kebaikanmu, Dayinta. Ibu tidak ingin hal yang tidak ibu inginkan terjadi " Sontak ibu kehilangan kendali.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun