Mohon tunggu...
Zarmoni
Zarmoni Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penggiat Seni dan Budaya Kerinci

Penggiat Seni, Adat dan Budaya Kerinci

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Guru Mendidik dengan Hati

3 November 2022   13:37 Diperbarui: 3 November 2022   13:47 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok. Berliani Jumiati

Penulis : Berliani Jumiati, asal Desa Koto Tengah Kecamatan Kayu Aro Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi. Mahasiswi Semester 1 Jurusan PGSD Universitas Bung Hatta Padang (Sumatera Barat)

Setiap guru tentu memiliki potensi untuk berhasil menjalankan tugasnya sebagai agen pembelajaran yang handal. Keberhasilan guru ini secara nyata dapat dilihat dari keberhasilan siswa, ketika mengikuti proses dan mencapai tujuan dari pendidikan dari pembelajaran. Pendidikan adalah proses, maka mendidik sebuah proses pendampingan terhadap perkembangan anak-anak. Proses yang dikerjakan hari ini, esok dan hari esoknya lagi, memiliki dampak bagi anak-anak untuk itu harus dilakukan dengan cara yang terbaik. Mendidik haruslah dilakukan dengan suka rela agar muncul kesadaran untuk memberi yang terbaik, sehingga menyebabkan kebahagian bagi anak-anak. Pendidikan anak harus menyadari bersama pentingnya komunikasi yang memberdayakan sehingga menimbulkan proses pendidikan yang berarti bagi anak-anak.

Sejujurnya sampai sekarang masih banyak guru yang hanya melaksanakan tugasnya mengajar, melakukannya sebagai  tenaga pengajar saja, kalaupun mendidik tak jarang melakukan kesalahan yang tak disadari bahwa tindakan yang selama ini dianggap benar, ternyata salah. Ada kalanya guru tidak bertindak dengan hati dalam mendidik siswanya bahkan tak jarang melakukannya dengan emosi. Padahal seharusnya guru dituntut untuk lebih meningkatkan kesabarannya dan terus melakukan upaya serta mendoakan siswanya agar berprilaku baik.

Banyak guru yang setengah hati dalam menerapkan kedisplinan pada siswanya yang tidak disertai dengan kasih sayang, padahal siswa membutuhkan itu. Selanjutnya guru kurang memahami factor apakah yang menjadikan siswanya melakukan kesalahan sehingga bermuara pada pemberian sanksi yang kurang tepat. Yang dilakukan hanya memberikan sanksi atas kesalahan yang dilakukannya, padahal siswa kita menghukum dengan kasih sayang agar siswa sehingga dampaknya mereka menyadari kesalahanya. Demi sebuah pencapaian suatu keberhasilan terkadang guru sering mengumbar janji sehingga cenderung selalu berlebihan dirasakan oleh siswa. Sering memberikan komentar negative atas apa yang dilakukan siswa dan jarang sekali memberikan kata pujian sebagai reward, sering melakukan perbandingan antara siswa satu dengan siswa lainnya sehingga anak merasa tertekan dan terintimidasi. Peserta didik mempunyai perbedaan yang khas yang melekat pada diri mereka, hal ini meliputi kekuatan, kelemahan, minat, dan tentu harus mendapatkan perhatian yang berbeda-beda. Hal ini tidak terlepas dari latang belakang keluarga, latar belakang ekonomi, dan lingkungan sehingga membuat siswa berbeda dalam aktivitas, kreatifitas, intlegensi dan kompetensinya. Tidak mempermasalahkan perbedaan antara siswa yang satu dengan siswa lainnya baik secara fisik ataupun kemampuannya, karena memang manusia diciptakan berbeda, bahkan yang kembar sekalipun. Kesalahan-kesalahan tersebut rasanya tidak akan terjadi apabila semua guru mendidik siswanya dengan hati dan selalu mengedepankan nilai estitika.

Seorang guru mendidik dengan hati akan membantu menciptakan lingkungan pembelajaran dengan; menumbuhkan kreatifitas yang bebas dari keraguan, bersikap terbuka kepada pertumbuhan, ekspresi, dan pembelajaran tanpa rasa takut, mengisi pembelajaran dengan suka cita, antusiasme, dan inspirasi, membantu siswa atau peserta didik menemukan dan mengintegrasikan kedua bagian otak mereka untuk menjalani kehidupan yang seimbang, serta memotivasi siswa atau peserta didik untuk mengembangkan ketrampilan dan potensinya.

Guru senantiasa mengangap siswanya adalah anak sendiri, sehingga pada proses mendidiknya tidak akan melakukan kesalahan-kesalahan tersebut di atas. Tidak ada kriminalisasi kepada siswa. Jika harus marah maka itu dilakukan dengan kasih sayang. Kedisplinan akan diterapkan dengan sepenuh hati karena memiliki dasar tanggung jawab yang sangat tinggi akan masa depan anak didiknya. Tidak akan menerapkan disiplin dengan emosi tetapi dengan cinta dan kasih sayang. Senantiasa memahami karakter peserta didiknya dalam upaya menerapkan metode yang cocok. Implikasinya guru akan merasakan tanggung jawab yang tinggi dalam melaksanakan tugasnya karena hatinya benar-benar mencintai siswa seperti anaknya sendiri. Jika sudah demikian tidak ada alasan lagi bagi seseorang pendidik melakukan kesalahan dalam mendidik siswanya. Dengan begitu pada akhirnya bisa mengantarkan siswanya pada perkembangan potensi yang baik.

Kata semboyan seorang guru digugu dan ditiru, digugu yang mempunyai makna harus ditaati. Mengidikasikan bahwa guru menjadi teladan dan contoh terutama bagi muridnya. Guru juga mendaoat gelar sebagai orang tua anak di lingkungan sekolah. Sejarah juga mengatakan guru sebagai pahlawan tanpa tanda jasa. Peran guru yang vital dalam membentuk kepribadian putra-putri bangsa menjadi satu dari sekian banyak alasan mengapa peran guru sangat pentig.

Peran guru selain mengajar juga mendidik. Guru sebagai suri tauladan harusnya gur memberikan contoh yang baik kepada peserta didiknya. Perilaku positif yang ditularkan guru kepada muridnya sangat memengaruhi aspek efektif dan psikomotorik siswa. Untuk itu, diharapkan guru dapat bersikap profesional dan menjaga sikapnya di dalam siswa.

 Guru juga akan menjadi pengasuh dan pembimbing untuk peserta didiknya. Dia akan menjadi orang yang memberi petunjuk ke mana harus pergi. Dan berpegang agar bisa berorientasi sesuai waktu yang ditawarkan, jangan melebih-lebihkan. Guru mengajarkan kepada peserta didiknya tentang pentingnya memanfaatkan waktu.

Allah menyebutkan dalam Al-Qur'an surah Al'Asr bersumpah demi waktu sesungguhnya manusia hidup dalam keadaan merugi, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh. Seorang guru tidak hanya mengajarkan ilmu, tetapi juga mejadikan murid-muridnya manusia yang beriman dan beramal shaleh. Bahwa kunci Pendidikan suatu negara adalah guru yang berkualitas. Keberhasilan Pendidikan suatu negara tergantung kepada guru, oleh karena itu untuk menciptakan guru-guru yang berkualitas perlu adanya pelatihan yang memadai dan sarana prasarana yang bagus. Setiap guru harus menjadi guru yang visioner serta memenuhi tugas pokok dan fungsinya (tupoksi). Jika bukan hanya soal memenuhi jumlah kelas perminggu. Namun, siswa harus dididik untuk mencari ilmu yang mengarah pada keimanan dan ketakwaan.

kemendiknas sedang menjajaki konsep pendidikan krakter yang ideal dan praktis saat ini. Telah diketahui dengan baik bahwa ia menghasilkan orang-orang yang mengartikulasikan hak dan kewajibannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun