Manusia adalah makhluk yang diciptakan Tuhan dengan segala keistimewaannya dimana manusia bisa melakukan kesalahan dan kebenaran karena manusia dibekali dengan akal dan hati. Manusia secara naluriah bisa mencerna mana yang baik dan mana yang buruk. Namun dibalik hal tersebut terselip hal yang buruk dari manusia yaitu rasa takut untuk melakukan kesalahan.
Manusia cenderung takut saat melakukan kesalahan karena Ia amat takut menjadi bahan cemoohan dan bulan-bulanan orang lain atas kesalahannya. Mereka cenderung mencari jalan aman untuk melakukan segala hal.
Manusia seperti ini lebih menginginkan ikut dengan mayoritas baik dalam pola fikir maupun bertindak walaupun hati nurani menolaknya. Karena ketakutan tersebut Ia lebih baik mengikuti suara mayoritas yang notabenenya hanya mengandalkan kebenaran yang bersifat kesepakatan saja tanpa bukti konkret. Ia hanya memikirkan posisi aman tanpa memahami konsep berkembang untuk maju.
Contoh simpel yaitu kesepakatan bahwa bumi itu dinyatakan ada yang menyepakati bentuknya bulat dan ada yang menyepakati bentuknya datar namun yang tidak mereka Pungkiri dan fahami bahwa kebenaran yang Mereka anggap hanya sebuah fatamorgana dan kesepakatan saja tanpa memahami konsep yang sesungguhnya. bumi yang mereka pahami hanya bermakna bangun datar yang tak memiliki sisi ataupun ketebalan. Kenyataannya bumi berbentuk bola yang memiliki volume dan ruang didalamnya, dimana didalam bumi terdapat berbagai lapisan seperti tanah, air, lempeng dan dan inti bumi yang mengisi bagian dalam pada bumi. Jikalau bumi memiliki isi maka bumi adalah bangun ruang bukan bangun datar.
Mendengarkan suara mayoritas hanya membuat kita makin terkungkung dalam ilusi mistika dimana kita hanya memperkuat statement pada status quo yang tidak berdasar dan tak akan sekalipun berkembang sampai akhir hayat.
" "
"(manusia adalah tempatnya salah dan lupa)."
Maka dari itu sebagai manusia tak perlu khawatir disaat melakukan kesalahan langsung dikutuk jadi batu. Manusia itu tak luput dari yang namanya kesalahan, dan kesalahan itu menjadi patokan kita untuk maju dan tidak mengulangi kesalahan tersebut.
Manusia sejak kecil sudah merasa bagaimana susahnya berjuang untuk bangkit dari kesalahan dan kegagalan. Setiap hari kita merasakan manis pahitnya kegagalan seperti halnya kita mau berdiri, berjalan dan berlari seberapa sering kita gagal?
Pasti ratusan bahkan ribuan kali salah dan gagal tapi terus bangkit lagi karena ada hal yang ingin dituju. Tak memikirkan bagaimana orang tertawa terbahak-bahak melihat tingkah konyol kita. Sakit hati? Pasti tidak, kita biasa aja walaupun terkadang kita menangis karena cape terus terusan gagal dan terkadang pula kita ikut tertawa. Mereka menertawakan kita hanya sebatas hari itu saja, besoknya mereka sudah lupa lagi.
Lantas disaat sudah dewasa kenapa mentalmu Makin lemah. Entah kau terlalu cape dengan kehidupan atau kau terlalu di doktrin oleh lingkunganmu yang notabenenya cari aman.
Hey Bro/girl kamu orang biasa yang tak semua orang pentingkan sampai disaat kau lakukan kebaikan atau kesalahan diingat sampai mati. Kau bukan Muhammad SAW yang menjadi pemimpin umat muslim, kau bukan Isa AS yang menjadi sorotan umat kristen dan bahkan kau pun buka Rafathar anak sultan Andara  yang setiap detik disorot kamera. Kau hanya manusia biasa yang tak memiliki apapun tuk dibanggakan. Kau tak pernah terpatri dihati orang sebagai apapun. Disaat kau melakukan kesalahan mungkin saja orang lain menertawakan namun esok lusa pun lupa.