Mohon tunggu...
zamsul bakhri
zamsul bakhri Mohon Tunggu... Auditor - Planter

Seorang planter, menghabiskan waktu bersama matahari

Selanjutnya

Tutup

Money

Melambatnya Regenerasi Petani

26 April 2019   09:39 Diperbarui: 26 April 2019   10:15 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

35 tahun lalu Indonesia pernah mencapai puncak prestasi dibidang pertanian dengan menghasilkan swasembada pangan. Tepatnya pada tahun 1984 dengan total produksi padi mencapai 25,7 juta ton. Namun euforia ini tidak berlangsung lama. Seiring dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk, jumlah kebutuhan pangan juga meningkat dan untuk memenuhinya pemerintah mulai mengimpor beras dari luar negeri.

Dikutip dari data Badan Pusat Statistik (BPS), sejak tahun 2000 - 2015, Indonesia selalu rutin mengimpor beras dengan total impor beras Indonesia mencapai 17.39 juta ton yang berasal dari sembilan negara yaitu Vietnam, Thailand, India, Pakistan, China, Myanmar, Taiwan, Amerika Serikat dan Singapura.

Untuk itu, pemerintah melalui Kementerian Pertanian mencanangkan program swasembada pangan dengan meluncurkan berbagai program untuk meningkatkan produksi pertanian sejak Oktober 2014 hingga sekarang yaitu (1) menerbitkan kebijakan dan anggaran pro-petani, (2) membangun infrastruktur rehabilitasi jaringan irigasi tersier, membangun embung, menambah areal cetak sawah dan optimasi lahan serta pengembangan lahan rawa, (3) mekanisasi pertanian pra dan pasca produksi, (4) bantuan benih, (4) membangun desa mandiri benih dan desa mandiri organik dan (5) memberikan subsidi pupuk.

Dari program-program tersebut hasilnya dapat dilihat bahwa selama 5 tahun terakhir Indonesia mengalami peningkatan jumlah produksi padi, menurut data dari BPS produksi padi tahun 2014 mencapai 70,84 juta ton dan meningkat menjadi 83,03 juta ton pada tahun 2018.

Hasilnya, pada tahun 2016 dan 2017, Indonesia sudah tidak lagi mengimpor beras. Tentunya menjadi suatu hal yang membanggakan.

Regenerasi Petani

Ironisnya, hal ini tidak diikuti dengan regenerasi petani. Seperti dilihat dari hasil Survei Struktur Ongkos Usaha Tanaman Padi 2017 yang menyatakan bahwa sekitar 61% petani yang ada berusia 50 tahun ke atas, 26% berusia 40 -- 49 tahun dan hanya sekitar 13% berumur 20 -- 39 tahun.

Dengan menurunnya minat anak-anak muda menjadi petani, maka untuk jangka panjang akan menyulitkan pembangunan disektor pertanian, baik secara kualitas maupun kuantitas.

Berkurangnya minat kaum muda ini dapat disebabkan beberapa hal :

Stigma yang masih melekat dimasyarakat. Kebanyakan orang masih berpikir bahwa bekerja sebagai petani merupakan pekerjaan rendahan sehingga lebih banyak orang tua mendorong anaknya untuk bekerja dibidang pemerintahan maupun swasta yang pada akhirnya menyebabkan anak-anak muda ini untuk meninggalkan desanya dan merantau ke kota.

Kepemilikan lahan yang rendah. Rata-rata kepemilikan lahan pertanian oleh perorangan sangat kecil, tidak mencapai lebih dari setengah hektar. Sedangkan menurut BPS, surplus untuk komoditi padi hanya bisa dicapai jika para petani mengelola lahan sawah lebih dari setengah hektar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun