Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Perempuan Itu Terbiasa Menelantarkan Mimpi

1 Mei 2023   18:15 Diperbarui: 1 Mei 2023   20:17 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Siluet Perempuan/foto: pixabay.com

I/. Pagi-pagi sekali.
Perempuan tua itu telah terbiasa menelantarkan mimpi. Menyeret sepasang kaki rapuh mengejar jejak-jejak embun yang antarkan sepi.

Di hadapan satu potret usang, bibir itu berbisik pada lengang: Kau masih menungguku?

II/. Belum benar-benar pagi.
Perempuan tua itu telah duduk di tepi sungai. Jemarinya kukuh menggengam palu. Batu-batu sebesar tinju dihajar dengan pilu.

Di hadapan tumpukan kerikil. Segaris senyum mengarsir satu wajah mungil: Kau pasti tahu, ia bukan lagi bocah kecil!

III/. Pagi sejak lama pergi.
Perempuan itu tak lagi mengeja bias jingga. Sepasang mata tua itu telah berlumpur abu usia. Tersisa rimbunan pinta dalam doa.

Di hadapan langit senja, bibir itu terbata berucap tanya: Kau tak ingin menjemputku?

IV/. Sebelum pergi bermimpi.
Hari ini. Anak-anak muda berteriak dalam aksi. Mencaci maki dalam kemasan orasi. Kemudian berlari tanpa navigasi. Di layar televisi.

Di hadapan layar televisi mati. Segurat pasi menghiasi wajah sunyi: Ia pun sepertimu. Melupakan aku!

Baca juga: Puisi: Debu Tunggu

Curup, 01.05.2023
zaldy chan

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun