Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Merantau

20 September 2021   17:59 Diperbarui: 20 September 2021   18:11 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bola Dunia (sumber Foto oleh MART PRODUCTION dari Pexels)

Di terminal. Sebelum sepi mengajak barisan doa menepi.

Aku pergi!

Sebuah jaket berwarna biru tua terhampai di pundak. Sepatu hitam menahan tubuh yang terbungkus baju dan celana serba hijau. Genggam tanganmu, menyimpan tekad mendalam.

Merantau bukan seperti memesan semangkok bakso atau sepiring gado-gado. Memainkan denting sendok dan garpu untuk melupakan gulir waktu. Menunggu.

Aku ingin sepertimu!

Bagimu, kalimat itu sebagai pernyataan dari satu keinginan. Bagiku bermakna keputusan. Bulat, tanpa retak yang tak mau diganggugugat. Tak akan kupecahkan balon hijau, yang telah lama kau pegang erat. Sangat erat.

Merantau adalah memangkas jarak sua. Dalam jeda tak terkira. Mungkin tak terhingga. Seperti pilihan jarum panjang jam yang tergantung di dinding kamar. Terus berputar, terhenti, atau mati.

Ayah pernah bilang, jangan seperti katak dalam tempurung, kan?

Di terminal. Sepi mengajak barisan doa menepi.

Kuharap, matamu tak pernah membaca masa lalu. Milikku.

Curup, 20.09.2021
Zaldy Chan

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun