Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Mungkinkah Bahasa Indonesia Mulai Usang dan Terasing?

10 Juni 2021   22:58 Diperbarui: 10 Juni 2021   23:32 565
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi ragam bahasa di dunia (sumber gambar: pixabay.com)

Bayangkan, jika bahasa Belanda menjadi bahasa Ibu? Maka materi kodifikasi hukum yang berpijak pada hukum negara asal (penjajah) akan mudah dipahami! Apatah lagi jika bisa casciscus bahasa Inggris dan Prancis!

Sehingga, dulu aku sempat punya kesimpulan absurd. Negara yang pernah dijajah Prancis, Spanyol atau Inggris akan pintar dan maju. Kalau dijajah Belanda akan sebaliknya!

Ilustrasi komunikasi (sumber gambar: pixabay.com)
Ilustrasi komunikasi (sumber gambar: pixabay.com)
Mungkinkah Bahasa Indonesia Mulai Usang dan Terasing?

"Kegagalan" penjajahan di bidang bahasa itu, bisa dilihat dari "mulusnya" hasil Sumpah Pemuda 1928, berlanjut dalam semua Konstitusi (UUD) yang pernah berlaku. Terakhir, diperkuat dalam UU No. 24 tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa dan Lambang Negara.

Jika Bahasa dimaknai sebagai alat mengekpresikan keinginan dan mengidentifikasi dalam interaksi, maka bahasa Indonesia kukira telah berhasil melakukan itu.

Apatah lagi, bila dikaitkan dengan kekayaan suku, luas wilayah, dan ragam bahasa daerah yang ada.

Bahasa Indonesia menjadi "jembatan komunikasi"! Bak sekapur sirih bagi orang Minang yang merantau ke Kupang, orang Palembang yang bertugas di Lumajang, atau teman-teman dari Papua yang bersekolah di pulau Jawa.

Bahasa Indonesia damai dan leluasa hidup berdampingan dengan bahasa daerah. Jika pun ada kendala, terkadang hadirkan tawa. Karena bahasa yang sama, pengucapan yang sama, namun memiliki makna berbeda.

Semisal artikel yang ditulis oleh Mbak Siti Nazrotin, ternyata Punten adalah jenis makanan di Blitar. Kata itu berbeda makna dan jenis jika di kalangan pemakai bahasa Sunda, kan?

Sebaliknya, jika di Garut disebut dodol. Di beberapa daerah disebut jenang. Di kampungku, jenang adalah sebutan buat orang-orang yang khusus menyusun hidangan saat acara kenduri. Tuh, beda lagi, tah?

Dalam bingkai kebhinekaan, maka kekayaan bahasa daerah dan kemampuan bahasa Indonesia menjadi jembatan komunikasi antar anak bangsa, menjadi hal yang istimewa.

Bahwa sesungguhnya, kita memiliki potensi akar bahasa yang luar biasa! Hanya, acapkali terlupa pada potensi itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun