Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bilang Anakku, "Ayah Pasti Menyesal, Jika Tak Mengenal Tzuyu!"

7 Juni 2021   22:29 Diperbarui: 7 Juni 2021   23:03 590
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi konser musik (sumber gambar: pixabay.com)

Kekonyolan masa itu, kuanggap sebagai proses pencarian identitas. Mungkin, saat ini disebut rute menggali potensi dan meniti jati diri.

Pertama. Mengenal dan Meniru

Saat Demam Breakdance, aku dan teman-teman merasakan itu sebagai kegiatan fisik yang menawarkan tawa juga keringat.

Antar teman akan saling mengajari dan menirukan. Serta merasakan kebahagiaan dan kepuasan, saat tarian itu bisa dilakukan bersama secara kompak!

Selain hanya butuh tip dan kaset. Breakdance adalah kegiatan yang murah meriah. Meski ada beberapa gerakan yang cenderung berbahaya, tapi namanya teman, pasti akan saling menjaga, tah?

Kedua. Tak Hanya Meniru, tapi Belajar Mengambil Hikmah

Saat demam Lupus, dibalik ulah iseng dan tampilan cueknya, sosok itu juga layak ditiru. Pada jalan ceritanya, Selain sayang pada ibu dan adik. Lupus juga murid yang pintar!

Jika berani mengakui diri sebagai Lupus, tak hanya punya jambul, dan mampu membuat gelembung dari permen karet. Namun, mesti pintar! 

Jika tidak? Tentu saja dianggap Lupus Abal-abal atau Lupus Sortiran.

Ketiga. Mengenal Batas Diri dan Bermimpi.

Berbeda halnya, ketika menyikapi figur Boy! Aku pribadi seperti melakukan perbandingan mubazir. Bukan lagi mengukur jarak langit dari bumi. Tapi membayangkan rentang jarak antara matahari dan planet Pluto!

Aku  mulai mengenal keterbatasan yang dimiliki. Menyadari, tak semua bisa ditiru atau dimiliki. Sambil menikmati, dan diam-diam tetap merakit mimpi. Andai bisa seperti si Boy!

Jika saat ini, rakitan mimpi itu jauh dari kenyataan. Setidaknya, di masa kecil, punya impian, kan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun