Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Isyarat Penantian

30 April 2021   04:13 Diperbarui: 30 April 2021   04:38 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi perempuan dan pintu (sumber gambar: pixabay.com)

Seorang perempuan muda terburu pulang pagi. Berharap cerita dini hari sekadar mimpi. Tak lagi ada aroma wangi usai jejak malam berkelahi. Tersisa sepasang mata hampa penghias wajah pasi. Ia baru saja berkisah padaku. Tentangmu.

"Aku harus sembunyi!" Bisikmu.

Dua kaki lelaki tua itu tertatih. Terlatih melupakan rasa letih. Menguji masa lalu selalu berujung pilu. Mengeja masa depan bukan isyarat sebuah penantian. Ia berharap pada satu titipan pesan kepadaku. Mencarimu.

"Aku tak akan kembali!" Pesanmu.

Di jalanan. Seorang anak kecil, terpenjara tubuh dekil. Berlarian, memburu lalulalang kendaraan. Berharap senyuman bukanlah pengganti sapaan. Terdengar tadi ia bernyanyi, esok kau pasti kembali.

"Aku pergi!" Ujarmu.

Kau diam, tak lagi bergumam. Aku terhenti di pintu sepi. Kau berpaling, kemudian menghilang!

Haruskah kuhadapi?

Tanyaku tersekat semak berduri. Seperti mereka, aku belajar mengerti. Tak ada alasan membenci. Ketika harapan satu-persatu pergi.

Curup, 30.04.2021
zaldy chan

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun