Bila ada tema atau isu yang menurutku "berpotensi" membuat kisruh, aku memilih tidak menulis tentang itu. Bukan takut, tapi biar tak semakin keruh.
Tak apa, jika dianggap tidak kekinian. Tak mengapa, bila dijuluki kudet (kurang update). Atau tak jadi masalah jika disebut nyaman di garis kebodohan.
Kurang kekinian apa Pembaca Berita, Penyiar atau News Anchor? Dan, berkali ada yang keliru baca, salah bertanya, bingung hingga butuh panduan dari pengarah acara. Aku pribadi, pernah melakukan dan mengalami itu. Dulu, aku sempat enam tahun menjadi awak siar. Ahaaay...
Masalahnya, menulis itu terdokumentasi, kan? Susahnya, seiring bertambah usia, kelengkapan informasi atau jejak perjalanan dan pengalaman hidup. Aku dan pemikiranku pasti berubah.Â
Terus?
Kecemasanku adalah, jika suatu saat nanti, anakku bakal ditanya cucuku usai membaca tulisanku. Bukannya mendapat manfaat dari yang aku tulis. Jejangan mereka menganggap, yang kutulis adalah kebohongan.
"Yah! Kenapa dalam tulisan, Kakek sering mengaku Ghantenk?"
"Kakek memang Ghantenk, Nak!"
"Gak mungkin! Kulihat fotonya mirip Homo Soloensis!"
Tuh. Perih, kan? Eh, malu, kan?