Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Petani dan Museum Kota

10 Februari 2021   17:58 Diperbarui: 11 Februari 2021   07:48 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi petani (sumber gambar: pixabay.com)

Pematang sawah tewas tertusuk jarum waktu.

Tak ada parade kumbang juga capung berpacu dengan kupu-kupu. Menari, menaklukkan angin dan mencecap sari pati mimosa pudica yang pemalu.

Tak ada geliat tanah setapak mencekal jari kaki yang dingin, usai sisa hujan menyebabkan bercak dan licin.

Tak seperti dulu. Kini, rajuk hujan tak lagi butir-butir air. Melarikan diri bersama banjir.

Tak ada kawanan berudu katak, jasad renik dan cacing yang kalut bercampur takut, meloncat sembunyi dari balutan dan gelutan seekor belut.

Tak ada barisan benih hijau dan hamparan rumpun yang terpaksa kering, tertunduk lelah menopang bulir-bulir padi yang menguning.

Tak seperti dulu. Kini, pematang tak lagi membatasi petak-petak sawah, terganti kotak-kotak bangunan dan rumah.

Mungkin nanti. Museum kota dihiasi lukisan padi dan petani.

Kau peduli?

Curup, 10.02.2021

Zaldychan

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun