Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Puisi: Senja di Beranda

23 Januari 2021   18:17 Diperbarui: 24 Januari 2021   17:46 613
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Senja di Beranda (Sumber gambar: Dokumentasi Pribadi Zaldychan)

Beranda adalah tempat penantian.
Satu meja dan sepasang bangku kayu, juga asbak berbahan batu. Berbagi ruang dengan mawar merah, melati juga lidah buaya. Bersatu riang dengan cabai, tomat, bawang daun, saledri dan selada. Menjadi saksi, kehidupan atau terlupakan.

"Ayah sedang apa?"
"Duduklah! Kita menunggu senja!"

Beranda tempat persinggahan senja.
Sebagai garis jeda. Ketika mentari enggan mengaku lelah merajai hari. Namun tunduk dan patuh pada Sang Penguasa waktu.

Sepasang kunang-kunang diam-diam memadu janji menunda perjalanan hari di kala senja. Sepasang kekasih sembunyi-sembunyi mereguk kisah di antara butir cinta dan bulir air mata. Atau memaksa rasa memangku lupa.

Tak ada batas rahasia dalam senja
Hari-hari terus mengukir jejak matahari
Namun senja tak pernah berjanji
Senja datang ketika harus kembali
Senja pulang ketika harus pergi

Hanya sesaat senja, tak terhenti
Hanya sesaat jeda, tak terganti
Kaucari?
Senja tak peduli!
Kaunanti?
Senja mungkin sembunyi

Di beranda senja melaju. Menawarkan perguliran waktu-waktu baru. Dan, berlalu.

"Ayah. Senja menghilang!"
"Senja tak pernah hilang, Nak! Tapi, kita!"

Curup, 23.01.2021
zaldychan

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun