Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Pesan Samar Seekor Kunang-kunang

6 Januari 2021   16:50 Diperbarui: 6 Januari 2021   17:15 357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Anak kecil dan Kunang-kunang (Sumber gambar: pixabay.com)

Ia meminjam nama Hamba Allah, karena nama itu paling sering terdengar dari menara. Nama itu pernah digunakan pemilik sawah dan rumah bercat biru, sebelum berganti taman kota yang dibangun baru.

Surat itu menggunakan aksara-aksara rahasia, agar tak siapapun mampu membaca. Ditulis pada sehelai daun kering yang terjuntai di pagar, biar para pakar dan penggemar tak menemukan pesan yang tersamar.

Jika menggunakan Hamba Allah sebagai nama, ia menduga surat itu pasti dibaca. Di bawah potongan pohon rambutan, di sela-sela rintik hujan. Dua puluh enam pinta berujung doa, disusun bertinta air mata.

"Itu air mata kebahagiaan!" Langit menebar senyuman.

"Itu air mata penderitaan!" Tanah menahan kesedihan.

"Itu bukan air mata kebahagiaan, bukan pula penderitaan. Hanya butiran air yang bersumber dari mata." Angin bersabda tiba-tiba, dan berlalu.

Jelang senja, sekawanan semut rang-rang tergesa datang. Memotong daun kering itu kecil-kecil, sebelum diangkut ke sarang. Seekor kunang-kunang meratap pada seekor semut bersayap. Penuh harap.

"Kau mau mengantarkan suratku, kan?"

Curup, 06.01.2021
zaldychan

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun