Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Puisi: Sepeda Tua dan Sepasang Kaki

1 Januari 2021   19:58 Diperbarui: 1 Januari 2021   21:00 921
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi sepeda tua (sumber ganbar : pixabay.com)

Sebuah sepeda tua tergesa mengejar senja. Roda depan mendengus geram, roda belakang menggerutu tak pernah diam. Menatap matahari yang nyaris tenggelam. Sepeda tua melaju dalam bungkam.

Sepasang kaki letih menemani seorang lelaki tua. Bertutur cerita yang terus berulang, berujar berita yang telah usang, juga berucap tentang derita yang tak kunjung hilang.

Kau mau kembali? Aku butuh sepeda!

Sebuah sepeda tua tersesat mengejar senja. Kelam terlalu cepat berkuasa. Roda depan meringis putus asa, roda belakang menangis pernuh rasa. Tanpa suara, kembali mengeja langkah bermula.

Sepasang kaki melangkah gontai. Menapaki jalan panjang yang tak pernah usai. Menemani lelaki tua menjemput asa. Menemukan sepeda tua yang tertinggal di bilik lupa.

Ke mana kucari?

Di pemakaman sepi. Langit mengantar berita kepada pagi. Sebuah cerita perjuangan usang, dan derita kehilangan berulang. Tentang sepeda tua dan lelaki tua.

"Akhirnya mereka bertemu, Bu?"
"Bukan! Itu titik persinggahan, Nak!"

Curup, 01.01.2021
zaldychan

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun