Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Puisi: Kepala-kepala yang Berlari

21 Desember 2020   16:15 Diperbarui: 21 Desember 2020   21:03 484
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kepala (sumber gambar: pixabay.com)

Aku berbincang kepada senja. Tentang kepala-kepala yang tergantung di jendela. Senja tertawa, hanya menyebut satu kata, lupa!

Aku berjalan bersama malam pada ruang yang kelam. Bercerita tentang kepala-kepala yang terpendam. Malam memilih diam, kemudian berbisik pelan, hitam!

Sesaat embun pagi mengajakku duduk. Berkisah tentang kepala-kepala yang tertunduk. Sambil menahan kantuk, embun memberi isyarat dua jari telunjuk seperti tanduk.

Mataku perih pada serbuan cahaya matahari. Tergesa, kutanyakan tentang kepala-kepala yang berlari. Matahari meraung dan melolong, riuh seperti tong kosong.

Kakiku mulai letih berjalan. Tubuhku menagih lelah di etalase toko pakaian. Banyak cermin di sana. Akupun berada di dalamnya.

Tanpa kepala.

Curup, 21.12.2020
zaldychan

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun