Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Masakan Ibu

16 November 2020   18:23 Diperbarui: 21 November 2020   16:30 1552
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrasi Tumis Sayur Kangkung | sumber gambar: (TRIBUNNEWS.COM/FX ISMANTO)

"Hayuk ke rumah ibu! Jangan sampai ibu menunggu!"
"Mas makan dulu, ya? Tadi aku masak sambal..."
"Di rumah ibu saja. Udah mau magrib!"

Kau memilih diam. Bergegas ke kamar tidur dan berganti baju. Aku terjebak macet saat pulang kerja, hingga terlambat menjemputmu. Akhir pekan adalah jadual rutin berkunjung ke rumah ibu.
***
"Sambal terasi Ibu memang spesial, ya? Apalagi ada lalapan daun singkong, rebusan bunga pepaya dan terong! Mas malah dua kali nambah, kan?"

Rentetan kalimat itu, serentak hadir bersama bunyi kunci pintu rumah yang kubuka. Kau melewatiku di pintu, melangkah cepat menuju ruang makan. Kau memilih duduk di hadapan meja makan. Tanpa suara, tanganmu membuka tangkup tudung.

Matamu menatapku. mataku menatap hidangan di meja makan. Menu yang persis sama dengan masakan di rumah ibu. Aku telat menyadari sikap diammu, sepanjang perjalanan pulang.

"Tolong ambilkan piring, mau?"

Aku terlambat mencegah bening air matamu yang berlinang tenang. Ruang makan terbiar dikuasai hening.
***
Senja ini. Di meja makan, terhidang tumis kangkung pedas bercampur udang kering. Sepiring nasi, segelas air hangat, irisan telur dadar dan sambal goreng tanpa tomat. Ibu menyentuh pelan bahuku.

"Makanlah!"
"Nanti saja, Bu!"

"Kau tahu? Memasak itu melibatkan banyak indera. Ia dibuat tak hanya untuk mata, mulut, hidung dan telinga. tapi sepenuh jiwa."

Aku membisu. Berusaha menunda air mata berjatuhan di hadapan ibu. Akupun mengenangmu, juga masakan terakhirmu untukku. Tiga hari lalu.

Curup, 16.11.2020

Zaldychan
[ditulis untuk Kompasiana]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun