Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Percakapan di Simpang Tugu

18 Oktober 2020   14:50 Diperbarui: 18 Oktober 2020   19:46 387
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrasi gambar persimpangan jalan (sumber gambar : pixabay.com)

***

Kau tahu yang aku pikirkan jika ada wakil rakyat, adalah benar-benar mewakili rakyat?

Aku jadi khawatir membayangkan, tapi berusaha mengerti. Saat ada wakil rakyat yang terhormat, ketahuan oleh wartawan menonton film esek-esek, padahal lagi mengikuti sidang. Maka kuanggap orang itu mewakili rakyat yang suka film begituan.

Ketika hadir berita salah satu wakil rakyat berselingkuh, bahkan dibuktikan dengan rekaman video yang tergolong asusila. Kukira, mewakili rakyat yang ketahuan sering berselingkuh.

Mataku pernah melihat di televisi, ada wakil rakyat yang berusia muda, berkomentar pedas bahkan melampaui batasan adab saat bersikap serta berbicara pada orang tua. Kejadian itu pun viral. Kuduga, anak muda itu mewakili rakyat yang tanpa etika.

Jika ada anggota yang terbukti korupsi, melakukan penipuan atau lebih mementingkan diri serta anggota keluarga dekat. Bisa jadi, sesungguhnya mereka sedang menjalani fungsi sebagai perwakilan, kan?

Akupun meyakini. Ribuan orang yang pernah menjadi wakil rakyat. Pasti ada yang mewakili orang-orang baik. Tak mungkin dan sangat mustahil dari ratusan juta warga negara, tak mempunyai wakil rakyat sebagai orang baik, kan?

Kau bersedia yakin sepertiku?

***

"Abang pintar, juga mantan aktivis. Tak berminat terjun ke politik?"

Satu pertanyaan yang kunilai bodoh, diajukan Romi. Menurutku, sosok Anton tak akan pernah mau terlibat politik praktis. Jika pun berminat, kubayangkan Anton sebagai wakilku. Hanya sesekali datang ke kantor, tapi dengan seragam resmi pangkalan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun