Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Blunder Taibi dan Perjalanan Panjang Sebuah Aib

3 Agustus 2020   17:13 Diperbarui: 3 Agustus 2020   17:02 335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar : pixabay.com

Malu, harga diri atau kehormatan menjadi dinding utama. Seribu satu alasan keterbatasan serta tak bisa dihindarkan, membuat orang-orang memilih dan memutuskan untuk menyembunyikan aib.

Berlapis-lapis dinding tebal dibangun untuk menutupi aib. Rahasia menjadi bangunan paling sunyi dengan berbagai tingkatan didirikan. Agar aib tetap aman dan nyaman dalam persembunyian.

Ikatan persahabatan abadi bisa saja tiba-tiba terputus atau rumah tangga yang dibangun puluhan tahun dalam sesaat bisa ambyar. Aib tak pernah mengenal ruang, waktu, jasa, ingatan atau kenangan.

Bahkan, dalam berbagai kisah tragis, apapun sanggup dilakukan! Semisal menghilangkan nyawa, jika ada orang yang berani mencoba menembus dinding rahasia dengan judul kecil "aib".

sumber gambar : pixabay.com
sumber gambar : pixabay.com
Aib tak hanya bertamu pada seorang Kiper seperti Taibi, atau anak bocah kelas satu sekolah dasar yang masuk kategori aib receh.

Dalam sejarah Amerika sebagai negara adidaya, kedahsyatan kata aib mampu mengganggu standar keamanan dan suhu politik dalam negeri.

Terungkapnya skandal Watergate, Pentagon Papers, Wikileaks hingga skandal perselingkuhan presiden Amerika serikat yang terungkap pada tahun 1998. Secara lugas menafikan tugas juga upaya panjang beragam dinas kerahasiaan Amerika. Menjaga aib.

Aku tak mau membahas kejadian di dalam negeri. Hanya, begitu besarnya energi sebuah aib, mampu memporakporandakan batas toleransi kekuatan lapisan dinding yang bernama rahasia. Gawatnya, Kemajuan dan kecanggihan teknologi, menjadikan aib terdokumentasi.

Sepuluh tahun lalu. Mungkin Massimo Taibi tak pernah membayangkan. Jika satu kesalahan yang dilakukan, kemudian ditakdirkan sebagai aib dalam karirnya itu, bisa disaksikan hingga hari ini.

Mungkin saja, jika mampu. Selain melupakan, diam-diam Taibi berharap momen itu bisa disembunyikan oleh waktu yang terus melaju. Iya, kan?

Saat ini, ternyata perjalanan aib semakin panjang. Aib tak lagi sekedar untuk dihindarkan atau diam-diam disembunyikan. Namun aib dengan sengaja didokumentasikan. Layaknya properti dalam sebuah showroom.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun