Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Anak Sudah Siap Bersekolah? Mungkin 4 Hal Ini Terlupakan oleh Orangtua

10 Juli 2020   21:09 Diperbarui: 14 Juli 2020   16:57 517
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi siswa SD tengah upacara. (sumber: shutterstock via kompas.com)

Terkadang, orangtua bersikap tak adil pada anak. Padalal, jejangan semasa sekolah dulu lebih parah! Terus, merasa bersalah dan terbeban dengan masa lalu yang mungkin menyisakan penyesalan atau rasa malu. Akhirnya, refleksi orangtua "dititipkan" pada anak!

Jika asal kata sekolah awalnya adal "taman bermain", agar anak kemudian bisa bersekolah dengan riang gembira. Lalu apa yang terjadi? Dua hal yang biasa terdengar adalah : "Kamu harus begini-begitu! Kamu jangan ini-itu!"

Seorang Ibu yang membujuk anaknya (sumber gambar : https://pemilu.kompas.com)
Seorang Ibu yang membujuk anaknya (sumber gambar : https://pemilu.kompas.com)
Ketiga. Mudah berucap "coba lihat..."

Percayalah! Hidup akan semakin susah, jika terbiasa melakukan perbandingan entah prestasi atau prestise. Jika menelisik sejarah pertengkaran anak manusia pertama kali di bumi, adalah akibat perbandingan tentang pasangan antara Habil dan Qabil (Anak Adam).

Terkadang, orangtua lupa, jika anak merupakan pribadi yang unik dan ajaib! Nah, orangtua secara sadar atau tidak sadar acapkali merujuk dan berbincang sosok orang lain sebagai contoh. Jika ini dimaknai anak sebagai perbandingan, maka akan membuat anak terluka!

Aku tulis satu rahasia, ya? Anak bahkan mampu menyembuhkan lukanya sendiri tanpa disadari orangtua. Gawatnya, jika orangtua sering melakukan perbandingan, anak kembali dan berkali terluka!

Keempat. Lupa, jika anak adalah subjek bukan objek.

Menurutku, ada kekeliruan yang acapkali terjadi, pihak sekolah maupun orangtua masih sering menganggap anak sebagai "titipan" yang kumaknai sebagai objek. Contoh gampang? Dengarkan saja sambutan pihak sekolah atau orangtua saat perpisahan sekolah.

"Terima kasih telah mempercayai kami untuk menitipkan anaknya di..."

"Selama kami menitipkan anak di sini, mungkin ada salah atau..."

Namun dalam hal bersekolah, anak bukanlah objek dan guru sebagai subjek! Idealnya, guru dan siswa adalah subjek (pelaku), dan yang menjadi objek di sekolah adalah pelajaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun