"Aku mengerti."
Seperti gelembung sabun yang terkena sengatan matahari. Begitu juga perubahan yang tersaji di beranda. Mata Andi lekat menatapku. Tangan kirinya menggenggam erat jemari tangan kananku.
"Apa kabar Ecy? Sehat, kan?"
Perlahan kulepaskan genggaman tangan Andi. Sembari tersenyum. Andi pasti mengerti caraku mengalihkan situasi.
"Kemarin, terkena flu! Tapi udah baikan!"
"Kamu musti menjadi suami siaga! Sudah tujuh bulan, kan?"
"Iya!"
Sunyi kembali menguasai beranda. Membiarkan penghuninya menikmati keheningan malam. Sekilas Andi menatap jam di tangannya, kemudian mengambil dan mereguk habis isi gelas berkopi. Aku hapal gerakan itu.
"Sudah hampir pukul sepuluh. Aku harus pulang!"
"Iya."
"Maafkan aku!"