Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Selain Drakor dan K-Pop, Kita Mengenal "Nunchi" ala Korea, Yuk!

26 Maret 2020   21:10 Diperbarui: 29 Maret 2020   16:16 2000
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi percakapan | Photo by Etienne Boulanger on Unsplash (unsplash.com/@etienneblg)

Pertama. Kekuatan Mata.
Jamaknya, fungsi mata tak hanya melihat yang tersurat. Namun juga memiliki kemampuan menilai yang tersirat. Dengan sorot mata untuk menilai dan memindai situasi dan kondisi. Kita akan mampu menyimpulkan yang telah terjadi.

Saat berjumpa seorang teman yang lagi mengalami musibah atau berduka. Walaupun yang bersangkutan tak bercerita, masih berusaha tersenyum dan tertawa. Mata kita sudah lebih dulu mengirim isyarat ke dalam kepala memberikan informasi, apa yang dialami teman tersebut, kan?

Maka pelukan hangat atau tepukan pelan di bahu, akan menjadi pilihan terbaik untuk menunjukkan empati.

Berbeda dengan yang tak memiliki Nunchi! Ketika melihat teman masih mampu tersenyum dan tertawa. Maka informasi yang didapatkan adalah, "dia baik-baik saja!" Malahan mengajak bercanda, dan mengabaikan peristiwa yang sedang terjadi. Hiks...

Kedua. Kekuatan Telinga.
Fungsi telinga mendengarkan. Kemudian idealnya menyaring informasi yang masuk, dipadupadankan dengan hasil pengamatan mata, baru memutuskan untuk beraksi atau beraksi. Ini, jika seseorang memiliki Nunchi, ya?.

Masalahnya, berapa banyak orang yang mau dan betah mendengarkan? Selain tak ada lembaga formal, juga rumpun keilmuan tentang seni mendengarkan. Kita acapkali tumbuh dan dibesarkan pada budaya banyak bicara!.

Terkadang rebutan bicara. Mengabaikan hasil dari penglihatan dan pendengaran. Apapun yang dilihat atau didengarkan, akan segera direspon. Contoh? Aih, banyak berseliweran di layar televisi, tah?.

Ketiga. Pikiran yang Tenang.
Difahami, banyak faktor yang manjadi syarat untuk memiliki pikiran yang jernih, serasi dan mampu menetralisir beragam toxic yang dikumpulkan oleh semua indera tubuh yang melekat di dalam diri seseorang.

Walaupun telah melalui jenjang pendidikan tertinggi, tak menjamin seseorang mampu mengontrol dirinya dalam berinteraksi, kan? Atau usia seseorang yang semakin dewasa, bisa saja bermental dan bertingkahlaku lebih kekanakan daripada anak SMA.

Akumulasi tingkatan usia, pengalaman hidup, jenjang pendidikan dan status sosial ekonomi serta lingkungan dan keluarga yang baik, banyak berpengaruh untuk menghasilkan ketenangan itu.

Maka, dalam konsep Nunchi. Pikiran yang tenang, menempati urutan ketiga. Setelah memiliki kemampuan menilai dan memindai serta memahami juga menyelami situasi yang terjadi. Baik pada seseorang atau lingkungan sosial, yaitu kekuatan melihat dan mendengar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun