Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Belajar dari Kasus NF, Terkadang Pemicu Kasus Besar adalah Hal yang "Dianggap" Sederhana

12 Maret 2020   18:43 Diperbarui: 12 Maret 2020   19:26 998
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrated by pixabay.com

Pada kasus NF. Mungkinkah tak ada deteksi dini tentang kreatifitas atau bakat melukis itu? Atau disadari tapi tidak dihargai? Sehingga menjadi sosok underachiever, berujung keputusasaan dari sebuah pengakuan pada keberadaan?

Kedua. Pendorong. Ada yang secara sadar mengenal potensinya, hingga mampu memotivasi diri sendiri. Namun tak sedikit yang butuh "dorongan atau cambukan" dari orang lain. Hingga mereka percaya, jika mereka memang memiliki bakat itu.

Pada kasus NF. Mungkinkah terlupa memicu dan memacu kemampuan NF untuk memotivasi diri sendiri? Jika pun ada dorongan dari orang terdekat, apakah sesuai dengan harapan yang dinginkan?

Ketiga. Proses. Ada idiom sederhana bahwa "sukses itu adalah sukai proses". Lihat saja berbagai ajang pencarian bakat. Ribuan talenta anak negeri di dunia seni, sain atau olahraga. Begitu penuh harapan di masa muda, tapi "menghilang" saat dewasa. Banyak contoh, kan?

Pada kasus NF, adakah kemungkinan terjadi, dorongan itu melampaui kemampuan yang saat ini dimiliki. Sebesar apapun bakat dan minat seseorang, jika dikejar secara instan. Maka perlahan akan padam. Atau tekanan itu berbalik menjadi pertahanan dan serangan mematikan.

Keempat. Produk. Usai melalui tahapan penghargaan potensi yang dimiliki, melakukan dorongan, serta menjalani beragam proses untuk menjaga potensi diri. Maka seseorang butuh ajang untuk mengekspresikannya. Berbentuk sebuah produk yang melahirkan pengakuan.

Pada kasus NF. Adakah tindakan yang dilakukan karena "sumbatan" yang dialami untuk memperlihatkan bakatnya, hingga menempuh cara lain? Atau ketidaksabaran untuk mengekspresikan diri?   

Illustrated by pixabay.com
Illustrated by pixabay.com
Akhirnya...

Terlepas dari permasalahan hukum dan apapun dampak dari kejadian itu bagi pelaku, korban atau keluarga dan lingkungan sekitarnya. Pasti ada pembelajaran mahal bagi orang lain. Pendekatan Kutub Negatif dan Kutub Positif di atas sebagai contoh alternatif cara menyikapi kasus.

Menghukum NF dengan menyematkan julukan pembunuh dan psikopat, mungkin bisa mempercepat penyelesaikan kasus. Tapi tak akan menyelesaikan masalah yang sebenarnya. Dan tak akan pernah mampu menghentikan peristiwa itu, tak akan terulang lagi di masa depan.  

Sekilas analisa kasus menggunakan Strategi 4P pada hasil kreatifitas lukisan dari NF. Bisa digunakan pada berbagai potensi setiap individu. Tanpa memandang usia, tingkat pendidikan atau status sosial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun