Sejatinya, dari tiga elemen belajar, guru tak hanya mengajar dengan menjembatani pengetahuan anak didik, namun juga sikap dan perilaku.Â
Menurutku, aspek mengajar dominan pada psikomotorik dan kognitif dan mendidik pada afektif.
Ketiga. Orangtua tak menyiapkan mental anak untuk bersekolah. Terkadang, orangtua "curang" kepada guru dan pihak sekolah.Â
Harapan orangtua adalah anaknya menjadi baik, pintar, berprestasi dan memiliki nilai tinggi. Mampu membiayai, dan mewujudkan harapan itu adalah tugas guru.
Selain menyiapkan mental anak untuk berbagi, saling menghormati dan menghargai orang lain. Acapkali orangtua lupa berdiskusi dengan guru tentang perkembangan anaknya, kecuali ada undangan.Â
Jejangan hanya berpatokan pada nilai ujian (rapor). Atau di rumah, orangtua tak pernah menanyakan kejadian di sekolah atau pelajaran anaknya.
Ketiga hal di atas bisa menjadi segitiga yang mengerikan. Akhirnya anak terbeban bersekolah, guru terbeban mengajar sesuai beban kerja dan bahan ajar. Orangtua terbeban berkaitan dengan biaya dan tingkah laku anak di sekolah.
Lebih parah lagi. Jejangan anak, guru, dan orangtua memiliki orientasi yang sama mengenai sekolah?
Motivasi anak belajar agar mendapat nilai yang baik saat ujian. Guru mengajar untuk menyiapkan anak didik menghadapi ujian. Dan orangtua menunggu harapannya terwujud dan bahagia, atau gagal dan marah, saat menerima hasil ujian anak
Begitukah? Hiks...