Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Merajut Mimpi dengan Secangkir Kopi

15 November 2019   06:58 Diperbarui: 15 November 2019   09:10 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrated by pixabay.com/kxy-rmn

Dengan secangkir kopi. Kita pernah berdebat cara yang paling mudah menggenggam kabut pagi. Atau menikmati bening bulir embun yang singgah di kelopak melati. Dan menunggu sapaan lembut cahaya indah mentari. Di ruang dan waktu yang sama.

Kita tak pernah lupa berbincang tentang mimpi-mimpi yang tak pernah sama. Namun segera melupakan hal yang berbeda dalam canda tawa. Dengan secangkir kopi, kita merajut rasa dan asa. Bersama.

Pada secangkir kopi. Tanpa sengaja, kita belajar saling berbagi dengan apa yang telah  dimiliki. Bersabar menunggu waktu yang pasti mereguk, agar lidah mampu menyatukan perpaduan pahit dan manis racikan kopi. Sekaligus jeli memisahkan apa saja yang harus ditinggalkan.

Kita tak akan pernah melupakan aroma secangkir kopi, yang setia menemani pagi pada pergantian hari demi hari. Di ruang dan waktu yang berbeda. Dan, Tak akan pernah lagi sama.

Dengan secangkir kopi, kita pernah mereguk persamaan dan merajut perbedaan. Seperti mimpi.

Curup, 15.11.2019
zaldychan

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun