"Sepuluh hari, Aku tak pulang ke rumah, Bang!"
"Iya. Nyai juga bilang begitu!"
"Rumi! Jangan panggil Nyai!"
"Iya! Rumi!"
"Abang tahu alasannya?"
"Rumi cuma bilang. Yai tak pulang!"
"Oh!"
Yai, diam dan melempar pandang ke hamparan pohon cabe di hadapan dangau. Belasan tahun jarak usia antara Yai Jati dan Nyai Rumi. Dan aku lebih tua beberapa hari dari Yai Jati yang berusia pertengahan empat puluh. Belum ada kisruh yang kudengar, sejak sepuluh hari pernikahan mereka. Pun, aku tak peduli dengan aneka isu rumah tangga orang.
"Di minum, Bang!"
"Oh, iya! Makasih."
Kureguk sedikit gelas berkopi. Masih terasa panas di ujung bibir. Aku pun memilih diam dan menunggu suara Yai Jati.