Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

NIK | "Just The Way I Am" [7]

17 September 2019   08:15 Diperbarui: 17 September 2019   08:26 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrated by pixabay.com

Bak air bah, ceritamu mengalir. Konflik dengan pembimbing dan bingung tabulasi data. Terburu selesaikan skripsi, juga keseharianmu tanpaku. Nyaris semua. Usai kau tulis di suratmu.

Kubiarkan. Tak kusela. Pun tak ingin kuhentikan, saat kau ajukan kisah. Aku diam, telusuri rautmu. Selalu berubah sesuai alur ceritamu. Dan terhenti, saat suara ibu kost. Terdengar dari arah jendela.

"Nik, ada telpon!"

Terkejut, kau menatapku. Kuanggukkan kepala. Kau segera berdiri. Bergegas memasuki rumah. Agak lama, kau temui aku. Ada senyum di wajahmu. Dan kembali duduk di sampingku.

"Tahu siapa yang nelpon?"

"Bukan Mas, kan?"

"Haha..."

"Tapi Mas tahu!"

"Hah! Siapa?"

"Sebentar!"

Kuselipkan rokok di mulut. Kuangkat kaki ke bangku, duduk bersila. Dua tangan kukatup ke depan dada. Pejamkan mata. Berlagak bak pertapa. Kau tertawa. Aku tidak. Beberapa saat. Beranda senyap.

Plak!

"Mas ngapain?"

"Kan, cari tahu?"

"Haha..."

"Gak kelihatan! Tertutup!"

"Kenapa?"

"Mas pejamkan mata!"

"Iyalah!"

"Biasanya bisa!"

"Alasan, kan?"

"Iya! Keluar, yuk?"

"Hah!"

"Cari sarapan! Nanti, Mas pasti tahu!"

Tawamu pecah. Aku juga. Kunikmati ceriamu pagi itu, pengganti tangismu. Aku tak bisa terjemahkan rasaku. Juga tak biasa, ujarkan lugas inginku. Tujuanku hanya satu. Kau tahu. Hadirku untukmu.

"Nik salin dulu!"

"Gak usah!"

"Mas..."

"Biar orang tahu!"

"Apa?"

"Kalau gak mandi!"

Kau tertawa. Kuhabiskan isi gelasku. Kau raih tasku, juga gelas kosong. Segera ke dalam rumah. Agak lama. Kau muncul dari balik pintu. Sudah rapi. Tak berganti baju. Tapi jilbabmu berubah warna. Kau tersenyum. Berdiri di samping bangkuku. Menunggu. Aku bangkit dari duduk.

"Curang!"

"Kan, gak salin? Cuma pake bedak!"

"Jilbab?""

"Tadi terlalu pendek! Nanti kelihatan rambut!"

"Oh..."

"Kemana, Mas?"

"Pamit dulu!"

"Udah!"

"Terserah Nunik!"

"Mas mau sarapan apa?"

Aku selalu lupa! Kalau urusan makan, tak usah bertanya. Sambil tertawa, kuacak kepalamu. Tak kau hindar. Aku berjalan mendahului. Kau ikuti dari belakang.

Keluar pintu pagar. Aku berbelok ke kiri. Kau jejeri langkahku. Tetiba kau raih lengan kiriku. Kau dekap erat. Kutolehkan pandang. Kau menunduk. Sembunyikan senyummu. Perlu kucari tahu. Perlakuanmu pagi itu.

"Karena pagi, ya?"

"Hah?"

"Biasanya gak mau!"

"Biar!"

"Kalau nanti dilihat..."

"Biar!"

"Atau..."

"Apa?"

"Nanti dianggap cucu memapah kakek!"

"Memang!"

"Eh?"

"Kan cucunya juga tua!"

"Sama-sama tua, ya?"

"Haha...."

"Malah ketawa! Atau tua sama-sama?"

"Iya!"

zaldychan

getmarried | amanoftheworld | justforyou | thosethreewords | justhewayiam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun