Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Mengenang Dwi Koen, Pencipta "Panji Koming" Si Penangkap Kebisingan dalam Sunyi

25 Agustus 2019   12:52 Diperbarui: 25 Agustus 2019   17:26 610
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto : https://intisari.grid.id

Meski berlatar belakang kerajaan Majapahit (acapkali dimaknai sebagai simbol Negara Indonesia), melalui Panji Koming, Dwi Koen sering mengangkat tema-tema aktual di Indonesia masa kini. 

Jangan marah, jika dalam sebuah wawancara dengan Seno Gumira Ajidarma, Dwi Koen menyatakan awalnya, pembuatan komik itu dikerjakan sambilan.

Setidaknya, ada 6 tokoh yang berseliweran di komik ini. Panji Koming sebagai tokoh utama, digambarkan sebagai pemuda yang lugu juga peragu, Ni Woro Ciblon sang kekasih yang cantik, sabar, dan pendiam, Pailul sahabat setia yang konyol dan terbuka serta Ni Dyah Gembili kekasih Pailul, dengan karakter perempuan gemuk dan suka terus terang.

Dinamika 4 tokoh itu dengan tema yang diangkat, melibatkan Mbah sosok putih berjenggot panjang, sebagai ahli spiritual dan Denmas Arya Kendor, sosok birokrat gila hormat dan gila jabatan yang acapkali dijadikan "papan pantul" kritikan juga lelucon sang komikus.

dumber foto : https://ceknricek.com
dumber foto : https://ceknricek.com

Menurut Seno Gumira Ajidarma, Kartun seperti Panji Koming tak hanya menyajikan dagelan yang sekadar humor untuk memancing tawa. Tapi memiliki dimensi serius. 

Bukan sekadar gambar dan teks, namun juga menyerempet bahaya yang bisa ditafsirkan sebagai pelecehan. Bagi siapapun, terhadap pelecehan bisa menjadi sensitif. Maka, kartunis adalah profesi riskan yang harus dihargai lebih dari sekadar tukang melucu.

Dari semula keberadaannya, Panji Koming adalah komik kritik. Dwi Koen secara cerdas melakukan itu kepada penguasa negara yang diwakili pemerintah juga kepada masyarakat yang mewakili bangsa. Sikap kritis yang menjadi kontribusi sosial sebagai pilar keempat demokrasi.

Keseriusan kritik sosial dan politik yang dimuat dalam Panji Koming, bahkan acapkali menjadi bahan penelitian ilmiah bidang ilmu humaniora. 

Silahkan telusuri di Mbah Google, ya? Kenapa Panji Koming dan bukan yang lain? 

Seno Gumira memberikan dua alasan logis. Pertama, komik Panji Koming tak hanya kritis tapi keras. Kedua, termuat di Harian Kompas yang beredar luas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun