Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

NIK | "A Man of The World" [7]

16 Juli 2019   08:15 Diperbarui: 6 Agustus 2019   14:29 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrated by pixabay.com

Tak bersuara. Kuserahkan jas. Kau mengerti. Perlahan kau lipat dan menyimpannya dalam tas sandang. Aku ke dalam kamar. Dibantu Pipinx, kubawa ke ruang tamu. Dua tas berisi buku.

Kopiah di kepala kutaruh ke kepalamu, sambil menunjuk tas sandang. Kau tertawa. Kopiah segera kau masukkan ke dalam tas. Kupakai sepatuku. Ajo sudah hadir. Bersiap pergi. Lalu gelengkan kepala, menatapku.


"Pindahan?"

"Haha..."

"Berangkat sekarang?"

"Hayuk!"

Nyaris pukul delapan. Berempat meninggalkan rumah. Ajo dan Pipinx membawa tas berisi buku. Aku membawa tas sandang. Kau bawa tas kecilmu. Sesekali berganti sapa dengan warga sekitar. Banyak do'a untukku. Kau sibuk berbagi senyum.


Keluar dari gang masjid. Berjalan lagi, menuju Simpang Anduring. Menunggu bis kampus. Tak lama, kau, aku juga Pipinx serta Ajo sudah di dalam bis. Masih dapat tempat duduk. Beberapa mata memandangku juga menahan senyum. Dari cara berpakaian. Warga kampus Unand tahu, aku akan hadapi pertempuran akhir di kampus. Tapi jadi aneh. Ketika naiki bis kampus dengan seabrek alat perang.

Bis sudah lalui Simpang Pasar Baru. Perlahan lalui alur mendaki melewati gerbang utama. Dan mulai turunkan penumpang di setiap halte berkeliling kampus. Bersisa enam orang. Aku beserta empat orang. Mata kondektur penuh selidik, saat lalui Dekanat FMIPA. Aku pindah duduk di belakang sopir, yang tersenyum melihatku dari kaca spion.

"Tolong lewat Hukum, ya?"

"Siap, Bang! Mau ujian?"

"Nikah!"

"Di Kampus, boleh?"

"Gak dilarang, kan?"

"Haha..."

"Hayuk, kalau mau!"

"Abang bohong, kan!"

"Iya!"

Suara klakson bis mewakili tawa sopir. Bis segera berbelok di Gedung F. Jalan menurun lewati Gedung E. Memutari lapangan bola, lalui Dekanat Fakultas Sastra, juga Dekanat Fisipol. Dan berhenti di gedung Dekanat Fakultas Hukum. Berempat segera turun. Kuucap terima kasih dan kutitip pesan. Kalau mau nikah di kampus, bilang padaku. Sopir bis tertawa. Sekali lagi bunyikan klakson. Bis berlalu.

Beberapa teman satu angkatan, menyambutku. Sambil membantu angkat peralatan perang. Aku berjalan pelan menuju kantin, kau di sisiku. Karena masih pagi, kantin sepi. Temanku menyebar kuasai kantin. Kutunjuk padamu sudut biru. Kau anggukkan kepala. Pipinx menyentuh bahuku.

"Ujian jam sepuluh, kan? Aku dan Ajo ke sastra dulu!"

"Sarapan?"

"Nanti aja!"

"Jangan telat! Harus hadir!"

"Siap!"


Bahuku ditepuk pelan. Bagiku, Pipinx tak lagi sebagai teman. Tapi lebih dari itu. Aku bertukar salam dengan Ajo. Keduanya pamit denganmu dan segera pergi. Kau menatapku. Tanganmu memegang pulpen dan kertas pesanan.

"Mas ngopi?"

"Iya."

"Makannya?"

"Gak! Nunik aja!"

"Mas harus makan!"


Suaramu keras dan jelas, pagi itu. Aku tersenyum. Kukira, kau baru sadari itu. Wajahmu memerah. Da Zul pemilik kantin tertawa. Memandangku.


"Ada juga yang berani marah, Ketua?"


Aku tertawa. Kau tertunduk. Aku tahu kau malu. Tanganmu kaku, masih memegang pulpen. Kuusap pelan kepalamu.


"Mas mie kuah. Pedas!"


Tak lagi bersuara. Kau tulis pesananku. Kau kutinggal di meja kasir. Aku duduk di sudut biru. Menyalakan sebatang rokok. Keluarkan skripsi, serius membaca. Tak lama, kau duduk di sebelahku. Sekilas aku menatapmu. Dan kembali menekuri lembar abstrak. Pelan nyaris berbisik, suaramu kudengar.

"Mas..."

"Kenapa berbisik?"

"Maafkan, Nunik!"

"Untuk?"

"Tadi? Nik gak sengaja..."

"Haha...!"

"Maksud Nunik..."

"Lupakan!"

"Nunik yakin. Mas sejak kemarin belum..."

"Iya, Mas tahu! Gak usah minta maaf!"

"Tapi Nik...

"Mas ngerti. Itu tanda Nunik..."

Kalimatku tak selesai. Kau tahu arah bicaraku. Empat jari ajaib, dari dua tanganmu bersekutu padu di pinggang kiriku. Membelokkan ucapanku. Berbunyi aduh!

#Nik

#GetMarried #PowerofLove #BecauseofYou #SayLovewithLetter #LoveJustaintEnough #BorntoFight #ThereisaWay #SpeakYourMind #UnforgettableMoment

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun