Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Menapaki Garis Takdir

11 Juli 2019   18:06 Diperbarui: 11 Juli 2019   19:02 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrated by pixabay.com

1#
kabut pagi tak beranjak pergi dari beranda masa lalu. terhenyak merenangi kisah-kisah dulu, dalam pelarian rindu tak berpintu.

tentang kegersangan jemu di tanah penantian tunggu.
tentang kehilangan sedu di ranah penggalian pilu.

biarlah! tapaki langkah kaki, di belantara hati. jejaki alur hidupmu, karena kau lelakiku.

#2
terik matahari dipaksa menelan aksara-aksara bisu. terhempas merenungi pahatan-pahatan gagu, dalam keabadian ragu di lajur waktu.

tentang keresahan sepi, menyapa kegelisahan sunyi.
tentang kerelaan janji, menuai kepedihan nyeri.

genggamlah! ikuti sketsa mimpi, yang dulu kau ukir di dasar sanubari. karena kau lelaki.

#3
legam malam hanya titik-titik perpisahan jeri, yang tersandera pergulatan hari. di antara jeratan suka, dan jeritan duka.

tentang racikan madu yang terhampar di samudera empedu.
tentang sayatan sembilu yang terdampar di muara kalbu.

kuingin kau tahu. lelaki adalah sosok yang berdiri paling akhir, menapaki garis takdir. karena kau anakku.

Curup.11.07.2019
zaldychan

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun