"Bukan!"
"Untuk Mas?"
"Tidak!"
"Jadi?"
"Mas bertahan, karena ada Nunik. Ujian besok, bukan untuk Mas!"
"Nik tadi..."
"Tapi berdua!"
Kau sangat kenal nada itu. Kau berusaha hentikan ucapanku. Suaraku serak, menahan getar rasaku. Menekan dalam emosiku. Aku tak lagi menatapmu. Kusandarkan tubuhku. Mataku menembus malam. Penuh butir hujan.
Ingatanku tertarik, kembali ke awal mula. Tertatih dan berlatih mengukur bayang diri. Saat kuputuskan kuliah. Tak hanya mengejar asa. Tapi mengeja rasa. Tak ada yang kusembunyikan. Tapi banyak hal. Tak mampu kubunyikan padamu.
Suasana beranda kembali sunyi. Aku tahu, kau ingin simpan beningmu dalam hening. Desah nafasmu, jelaskan isi hatimu.
Malam itu. Saat itu. Lalu waktu terasa lambat. Dua tanganmu, memegang lenganku. Aku menatapmu. Kuusap beningmu.